YCWS dan PGI Siap Berkolaborasi bagi Persoalan Pengungsi

JAKARTA,PGI.OR.ID-Yayasan Cita Wadah Swadaya (YCWS) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) memiliki pandangan yang sama terkait penanganan pengungsi. Untuk itu dalam rangka membangun kerja sama, keduanya berencana menandatangani Momerandum of Understanding (MoU) sebagai pengikat komitmen ke depan.
Kesepakatan tersebut mencuat dalam pertemuan antara YCWS dengan MPH-PGI di ruang pertemuan Lt. 2 Grha Oikoumene, Jakarta, pada Senin (5/5/2025).
Untuk diketahui, YCWS adalah sebuah NGO yang berdiri pada Agustus 2024. YCWS dibangun di atas warisan yang kaya dan pengalaman puluhan tahun dari Church World Service (CWS), yang telah hadir di Indonesia sejak 1960-an. YCWS merupakan badan hukum baru yang terdaftar secara lokal yang melanjutkan warisan ini, didukung oleh tim yang berpengalaman dan kemitraan yang kuat di seluruh negeri.
Dalam pertemuan itu, Sekretaris dan juga Direktur Program YCWS, Irma Priskila Sopamena melihat pentingnya pemberdayaan kepada pengungsi melalui pendampingan, serta pengajaran dalam dunia usaha/ekonomi, yang nanti dapat mereka kembangkan. “Ini perlu juga dilakukan lebih kepada refugee, untuk membantu memberdayakan serta menambah penghasilan mereka dikarenakan mereka tidak diperbolehkan untuk bekerja di Indonesia,” tandasnya.
Irma Priskila Sopamena juga menyampaikan dukungan YCWS terhadap program-program PGI dalam merespon persoalan-persoalan di Papua.
Sekretaris Umum PGI, Pdt. Darwin Darmawan mengapresiasi apa yang yang telah dilakukan oleh YCWS, serta adanya ajakan untuk kerja sama ke depan dalam rangka menangani persoalan pengungsi. Menurutnya, sangat disayangkan bila hak-hak dasar para pengungsi tidak dipenuhi. Ia mencontohkan pemberdayaan ekonomi di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) pasca badai seroja di NTT.
“Para pengungsi disupport dengan ilmu peternakan ayam serta mendapat pendampingan,” ungkapnya, sambil berharap apa yang dilakukan oleh GMIT dapat dijajaki PGI ke depan.
Sementara itu, sekretaris eksekutif dan kepala biro di lingkungan PGI yang hadir dalam pertemuan juga menyampaikan sejumlah hal. SE KP PGI, Pdt. Etika Saragih menyinggung pengungsi di Riau, kebanyakan warga asal Nias, yang tinggal di hutan, dan tidak ada akses pendidikan, serta air minum yang layak.
Kabiro PR PGI, Pdm. Rosiana Ournomo mempertanyakan bagaimana cara mengakses rekruitmen volunteer agar bisa diteruskan kepada para pemuda yang ingin menambah pengalaman hidup mereka, serta terkait program ketahanan pangan yang ada di YCWS.
Hal senada juga disampaikan Kabiro Papua PGI, Pdt. Ronald Tapilatu, seputar ketertarikan YCWS terhadap bencana sosial. Sebab menurutnya, pengungsian/wilayah konflik di Papua sampai saat ini belum tertangani dengan baik. Sedangkan Direktur Yakoma, Elly Diah Praptanti menyinggung publikasi program YCWS.