Semiloka Teologi dan Penjemaatan DKG di Manokwari: Gereja Didorong Aktif Tanggapi Krisis Sosio-Ekologis dan Menjadi Rumah Bersama

MANOKWARI,PGI.OR.ID-Semiloka Teologi dan Penjemaatan Dokumen Keesaan Gereja (DKG) yang diselenggarakan di Manokwari mengangkat tema: “Implementasi PBIK (Pemahaman Bersama Iman Kristen) dalam Pembinaan Warga Gereja.” Acara ini menghadirkan Pdt. Lenta Eni Simbolon, M.Div., Th.M., selaku Wakil Sekretaris Umum PGI, sebagai narasumber, dan dimoderatori oleh Pdr. Dr. George Rumbekwan, Ketua STT Erikson Tritt.
Salah satu isu strategis yang mencuat dalam diskusi adalah perhatian gereja terhadap krisis sosio-ekologis. Pdt. Lenta menegaskan bahwa implementasi PBIK tidak bisa dilepaskan dari kepekaan terhadap penderitaan ciptaan. “Gereja dipanggil untuk bersolidaritas dengan mereka yang lemah, melakukan pertobatan ekologis, dan menghidupi spiritualitas ciptaan,” ujar beliau. Seruan perubahan gaya hidup juga digaungkan, seperti mengurangi penggunaan plastik, memperkuat pangan lokal, serta mengelola sampah dengan bijak sebagai wujud konkrit dari spiritualitas ekologis.
Dalam semangat dialog yang penuh antusiasme, Pdt. Lenta memaparkan delapan bab utama dari PBIK yang mencakup: Allah Trinitas, Penciptaan dan Pemeliharaan, Manusia dan Dosa, Yesus Kristus dan Keselamatan, Roh Kudus dan Kehidupan Kristen, Gereja: Hakikat dan Misinya, Pengharapan Kristen, dan Alkitab. Bab-bab ini menjadi fondasi penting untuk pembinaan iman yang kontekstual dan relevan bagi gereja masa kini.
Penjemaatan DKG juga disorot dalam konteks pendidikan. Para guru yang hadir menyampaikan kerinduan akan integrasi DKG dalam kurikulum pendidikan, mengingat masih adanya kesenjangan materi ajar terkait iman Kristen. Hal ini dipandang sebagai peluang strategis untuk memperkuat pendidikan teologi sejak usia dini hingga jenjang perguruan tinggi.
Dalam diskusi, Ketua PGGP Papua Barat, Pdt. Daniel Sukan, menyampaikan harapannya agar PGI dan PGGP dapat terus menjadi rumah bersama bagi semua gereja di Indonesia, khususnya di Tanah Papua. “Kita perlu saling mengakui, saling menerima, dan saling bekerjasama sebagai satu tubuh Kristus,” ujarnya.
Pdt. Lenta menambahkan bahwa PBIK tengah diarahkan menjadi proses berkelanjutan yang melibatkan para pendeta, pelayan Tuhan, dosen, mahasiswa, dan mitra-mitra gereja. Tujuannya adalah mengembangkan program-program pembinaan warga gereja yang berbasis PBIK-DKG. Langkah konkret lainnya termasuk upaya memasukkan DKG ke dalam kurikulum sekolah-sekolah teologi serta program pembinaan jemaat, termasuk Sekolah Minggu. “Kita perlu terus mencari bentuk terjemahan yang integratif agar PBIK memperkuat gerakan oikoumene di Indonesia,” tegasnya.
Semiloka ini menjadi momentum penting untuk mempertegas kembali panggilan gereja dalam konteks Indonesia kini: menjadi gereja yang peduli pada keutuhan ciptaan, kontekstual, dan terus memperjuangkan kesatuan iman dalam keberagaman. PBIK diharapkan menjadi titik tolak penguatan panggilan gereja yang relevan dan transformatif di tengah tantangan zaman.