Cegah Krisis Kebangsaan, Gereja Perlu Bangun Dialog dan Rekonsiliasi

KALTENG,PGI.OR.ID-Aktivis gereja yang juga mantan MPH-PGI, Pdt. Dr. Albertus Patty mengungkapkan bahwa ketidakadilan, diskriminasi, marjinalisasi politik, dan dominasi narasi tertentu yang menyingkirkan kelompok lain, menjadi aspek yang bisa menciptakan krisis kebangsaan.
Hal tersebut disampaikannya dalam Semiloka Teologia dan Semiloka Teologi dan Penjemaatan Dokumen Keesaan Gereja (DKG), di GKE Jemaat Tamian Layang, Tamiang Layang, Barito Timur, Kalimantan Tengah, pada Jumat (25/4/2025).
Efek negatif dari adanya krisis kebangsaan, lanjut Pdt. Albertus Patty, terjadi polarisasi sosial politik dalam masyarakat, melemahnya solidaritas nasional, gotong royong warga melemah, meningkatnya intoleransi, persekusi dan kekerasan sosial.
Selain itu, turunnya kepercayaan terhadap negara dan pemimpin, munculnya radikalisasi dan separatism, disintegrasi identitas nasional menimbulkan hilangnya harapan, serta ketidakstabilan ekonomi dan menurunnya investasi.
Sebab itu, untuk mencegah terjadinya krisis kebangsaan, gereja harus menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-16). Ia melihat ada beberapa peran yang perlu dilakukan oleh gereja yaitu, menjadi suara profetik yang menentang ketidakadilan, menanamkan nilai kasih untuk membangun solidaritas lintas identitas, dan membangun mentalitas inklusif, demokratis dan adil.
“Gereja juga perlu membangun dialog dan rekonsiliasi, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka atau trauma sejarah masa lalu, memberdayakan umat dalam segala bidang untuk keadilan sosial, serta membangun warga gereja untuk memikiki sikap tanggungjawab dan kritis terhadap berbagai fenomena kehidupan bangsa,” tandasnya.
Semiloka Teologia dan Penjemaatan Dokumen Keesaan Gereja (DKG) merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka jelang HUT ke 75 PGI. Kegiatan serupa sebelumnya juga dilakukan di Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara.