PGI Sosialisasikan PBIK di Tamiang Layang: Menghidupi Iman Kristen Secara Kontekstual

KALTENG,PGI.OR.ID-Menjelang perayaan 75 tahun Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menggelar Semiloka Teologis dan Penjemaatan Dokumen Keesaan Gereja (DKG), di Gereja Palanungkai Tamiang Layang Barito Timur Kalimantan Tengah, pada Jumat (25/4/2025).
Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, anggota Tim Perumus DKG sekaligus salah satu narasumber dalam semiloka ini, mengajak para peserta mendalami isi Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) yang merupakan salah satu komponen DKG.
Dalam paparannya, Pdt. Elifas menekankan pentingnya gereja-gereja anggota PGI menjadikan PBIK bukan sekadar dokumen, tetapi sebagai dasar iman, laku hidup, dan pelayanan yang kontekstual di tengah realitas bangsa Indonesia. “PBIK menyatukan iman kita dalam partisipasi terhadap persekutuan dan misi Allah Trinitas, yang berkarya di tengah perjalanan dan pergumulan bangsa,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa PBIK tidak hanya memuat pokok-pokok iman Kristen, tetapi juga membawa panggilan profetik bagi gereja-gereja untuk bersaksi di tengah dunia yang rapuh, ditandai oleh krisis ekologi, kekerasan, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Materi semiloka mencakup delapan pokok utama dalam PBIK: Allah Trinitas, penciptaan dan pemeliharaan, manusia dan dosa, Yesus Kristus dan keselamatan, Roh Kudus dan kehidupan Kristen, hakikat dan misi gereja, pengharapan Kristen, serta otoritas Alkitab.
Setiap bagian tidak hanya dibahas secara teologis, tetapi juga dikaitkan dengan dinamika kehidupan nyata umat. “Misalnya, dalam isu lingkungan, PBIK menyebut gereja sebagai penatalayan ekologis. Artinya, gereja harus terlibat aktif dalam aksi nyata penyelamatan bumi,” jelasnya, seraya menyoroti keterlibatan gereja dalam krisis iklim dan kerusakan lingkungan.
Lebih lanjut, Pdt. Elifas menggarisbawahi pentingnya PBIK diterapkan dalam konteks lokal jemaat, baik melalui pengajaran, ibadah, maupun pembinaan. Dalam hal ini, ia mendorong GKE dan gereja-gereja anggota PGI lainnya untuk mempelajari PBIK secara kritis di tingkat sinode, klasis, hingga jemaat.
“PBIK menjadi jembatan antara doktrin dan praksis, antara ajaran dan kesaksian, antara keesaan dan keragaman,” tegasnya. “Ia adalah cara gereja merespons panggilan untuk menjadi terang dan garam bagi bangsa, khususnya dalam situasi yang semakin kompleks.”
Semiloka ini disambut antusias oleh para peserta, baik dari unsur pimpinan sinode, pendeta, penatua, guru agama, dan juga pemuda serta perempuan gereja. Sejumlah peserta mengapresiasi pendekatan reflektif dan kontekstual yang ditawarkan oleh DKG terbaru.
Kegiatan ini juga menjadi ruang pembelajaran lintas aras dan lintas generasi, di mana diskusi dan studi mendalam menjadi sarana menumbuhkan semangat oikumene yang sejati.
Dalam suasana perayaan 75 tahun PGI, semiloka ini memberi harapan baru bagi gereja-gereja untuk terus memperbarui panggilan dan tugasnya sebagai mitra Allah di tengah dunia.