PGI Soroti Gejolak Sosial, Krisis Keluarga, dan Ekologi yang Dihadapi Gereja-gereja di Indonesia dalam Sidang Raya EKUMINDO


admin
05 Sep 2025 14:22
ROTTERDAM, PGI.OR.ID – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menegaskan perannya sebagai suara profetis di tengah bangsa yang sedang menghadapi berbagai krisis. Hal ini disampaikan Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Manuputty, dalam Sidang Raya EKUMINDO yang berlangsung di Rotterdam, Belanda, 4–6 September 2025.
Sidang Raya ini dihadiri oleh mitra-mitra internasional, antara lain The United Evangelical Mission (UEM) dari Jerman, The Presbyterian Church in Ireland (PCI) dari Irlandia, Mission 21 dari Swiss, Protestant Church in the Netherlands dan Kerk in Actie dari Belanda, Evangelische Mission in Solidarity (EMS) dari Jerman, GZB Belanda, serta sejumlah organisasi lainnya.

Pertemuan dengan Dewan Gereja Belanda
Sebelum Sidang Raya, pada 3 September, Sekretaris Umum PGI, Pdt. Darwin Darmawan, bersama Wakil Sekum, Pdt. Lenta E. Simbolon, bertemu dengan Council of Churches in the Netherlands. Dalam pertemuan itu, Sekum PGI membagikan lima krisis dan satu tantangan utama gereja-gereja di Indonesia, serta peran PGI dalam ruang publik.
Darwin mencontohkan keberanian PGI menyampaikan kritik langsung kepada presiden saat gelombang demonstrasi meluas di Indonesia. “PGI menegaskan bahwa segala kebijakan pemerintah harus berpihak kepada rakyat,” ujarnya. Pimpinan Dewan Gereja Belanda mengapresiasi sikap ini dan menyebut PGI sebagai “Profetik Voice” yang patut diteladani gereja-gereja di Eropa.
Dalam kesempatan yang sama, Pdt. Lenta Simbolon menekankan pentingnya memperkuat kerja sama lintas negara dalam gerakan ekumene. Menurutnya, kolaborasi antar-gereja semakin nyata diperlukan untuk menghadapi tantangan global bersama.

Situasi Sosial Indonesia
Pada 4 September, dalam Sidang Raya EKUMINDO, Ketum PGI Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty memaparkan secara komprehensif kondisi terkini di Indonesia. Ia menyoroti kerusuhan yang dipicu tewasnya seorang pengemudi ojek daring dalam demonstrasi. Aksi yang bermula dari protes itu meluas menjadi anarki, merusak fasilitas umum, kantor polisi, serta rumah pejabat. Beberapa warga dan aparat meninggal, ratusan ditahan, dan tentara dikerahkan.
Pdt. Manuputty menegaskan, amarah rakyat tidak lahir dari ruang kosong, melainkan dari akumulasi kekecewaan: PHK massal, kenaikan pajak, harga kebutuhan pokok, konflik agraria, korupsi, serta menguatnya otoritarianisme. Karena itu, PGI mendesak pemerintah segera memulihkan ketertiban, menekan kesenjangan, menghapus tunjangan berlebihan pejabat, menindak korupsi tanpa impunitas, serta menata kebijakan kepolisian agar tidak melanggar HAM.
Krisis Lain yang Dihadapi
Selain gejolak sosial, Pdt. Manuputty menyinggung sejumlah krisis lain:
- Demokrasi: Pemilu berjalan prosedural, namun demokrasi masih jauh dari substansi. PGI memperkuat literasi politik warga dan advokasi masyarakat sipil.
- Ekologi: Indonesia sangat rentan bencana akibat perubahan iklim. Antara 1990–2023, banjir menimbulkan kerugian 5,5 miliar dolar AS. Gereja didorong mengembangkan gerakan “gereja hijau” dan pusat penanggulangan bencana.
- Keluarga: Data Komnas Perempuan 2023 mencatat 284.741 kasus kekerasan berbasis gender, mayoritas di ranah domestik. Perceraian mencapai rata-rata 450.000 kasus per tahun. Tantangan juga datang dari jurang antargenerasi akibat digitalisasi dan meningkatnya masalah kesehatan mental remaja.
- Pendidikan Kristen: Banyak sekolah Kristen kesulitan bertahan. PGI mendorong inovasi, kolaborasi, dan pendidikan vokasi agar anak muda memiliki keterampilan praktis.

Apresiasi Internasional
Hampir semua peserta Sidang Raya EKUMINDO memberikan apresiasi atas peran PGI yang berhasil menyuarakan suara rakyat di hadapan presiden, sekaligus berani mengkritik pemerintah secara membangun. PGI dipandang konsisten menjaga sikap profetis di ruang publik, tanpa kehilangan semangat kasih.
Selain itu, kerja sama antar-gereja di Indonesia dinilai semakin kuat. Saat ini, PGI memiliki 105 anggota gereja dari berbagai denominasi dengan berbagai program bersama di bidang pendidikan, ekonomi, penanggulangan bencana, hingga kesetaraan gender. Namun, masih ada komunitas Kristen yang membutuhkan perhatian khusus, seperti di Papua, Mentawai, dan Banggai.
Harapan ke Depan
“Kasih kita kepada Indonesia bukanlah kasih yang buta, melainkan kasih yang kritis, berakar pada kasih Kristus,” tegas Pdt. Manuputty. Ia mengingatkan agar gereja tetap menjadi garam dan terang, menjadi pembawa damai, serta merespons krisis dengan iman.
Dengan dukungan mitra ekumenis internasional, PGI berharap dapat terus memperkuat perjalanan bersama sebagai pusat ekumenis yang mendorong solidaritas lintas negara.
Dalam salah satu kesempatan pertemuan, Pdt. Jacky Manuputty menyerahkan cinderamata kepada peserta sidang raya berupa buku berjudul Provokator Perdamaian, Orkestrator Gerakan Oikoumene: Felisitasi, Narasi dan Refleksi 60 Tahun Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty, yang merupakan kumpulan tulisan para tokoh agama, tokoh masyarakat, teolog, akademisi serta para sahabat Pdt. Jacky Manuputty.

Berikan Komentar
Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *
Berita & Peristiwa
PGI Soroti Gejolak Sosial, Krisis Keluarga, dan Ekologi yang Dihadapi ...
ROTTERDAM, PGI.OR.ID – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menegaskan perannya sebagai suara profet...
5 Pesan GNB Sikapi Situasi Bangsa. Keberpihakan kepada Rakyat Harus Me...
JAKARTA,PGI.OR.ID-Sejumlah tokoh nasional yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB) menyampaikan 5 poin...
Di Primetime News Metro TV, Ketum PGI: “Tidak Perlu Pongah, Tidak Pe...
Akumulasi kekecawaan dan kemarahan masyarakat yang menumpuk sejak lama, ditambah sikap para elit di ruang publ...