Preloader
PGI.OR.ID

Alamat

Jalan Salemba Raya No. 10
Jakarta Pusat (10430)

Hotline

021-3150451

021-3150455

021-3908118-20

Alamat Email

mailto:info@pgi.or.id

Membangun Kesiapsiagaan Gereja Menghadapi Ancaman Megathrust

Thumbnail
Author

admin

18 Jun 2025 20:25

Share:

JAKARTA,PGI.OR.ID-Mengusung tema Megathrust Menanti: Diamkah Gereja Saat Alam Berseru? Biro Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PGI, menginisiasi diskusi publik secara hybrid, dengan menghadirkan narasumber Prof. Ron Harris, dan Pdt. Dr. Victor Rembeth, di Lt 3 Grha Oikoumene, Jakarta, pada Senin (17/6/2025).

Sebagaimana diketahui, Indonesia, negeri yang terletak di atas cincin api Pasifik (Ring of Fire), menyimpan potensi kegempaan yang sangat besar. Megathrust adalah istilah geologi yang menggambarkan patahan besar di zona subduksi, tempat lempeng samudera bertumbukan dengan lempeng benua. Tumbukan ini menyimpan energi dahsyat yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan dalam bentuk gempa bumi berkekuatan sangat tinggi, bahkan dapat disertai tsunami yang menghancurkan.

Selain merenungkan aspek teologis dan etis dalam menyikapi bencana sebagai bagian dari relasi kita dengan Sang Pencipta dan ciptaan-Nya, diskusi juga menjadi momentum untuk menyusun langkah-langkah kolaboratif dan transformatif agar gereja-gereja dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam membangun resiliensi komunitas dan tanggap darurat berbasis iman, serta membangun jaringan aksi bersama lintas denominasi dan institusi dalam mempersiapkan dan merespons potensi bencana secara strategis dan penuh belas kasih.

Pada kesempatan itu, Prof. Ron Harris dari dari Brigham Young University (BYU), Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa posisi Indonesia memang berada dalam zona yang potensial mengalami gempa besar karena pelepasan energinya pernah terjadi, salahsatunya di Aceh.

“Tahun 2004 terjadi gempa dan tsunami di Aceh, dan saya sudah lakukan penelitian di sana dan mempublikasikannya di salah satu jurnal di Aceh, semacam prakiraan bahwa Aceh sangat berbahaya, dan setelah artikel dipublis terjadi gempa dan tsunami. Tapi saya sedih karena hasil penelitian itu kurang terpublikasi dengan baik. Ini alasan mengapa saya tiap tahun datang ke Indonesia untuk edukasi soal kebencanaan,” ungkapnya.

Menurut Prof. Ron Haris, pengalaman tsunami di Aceh yang menimbulkan korban ribuan jiwa karena minimnya pengetahuan. Hampir sebagian besar masyarakat tidak memahami tindakan yang harus dilakukan ketika menghadapi peristiwa gempa bumi dan tsunami. “Karena ketidaktahuan tersebut ketika gempa bumi terjadi, masyarakat tidak memiliki pengetahuan untuk melakukan tindakan penyelamatan diri,” ucapnya.

Sebab itu, lantaran bencana Megathrust tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi, ia memberi rumus sederhana yaitu 20-20-20, untuk mengurangi dampak dari tsunami. “20 detik jika merasa guncangan (gempa), meskipun guncangannya tidak terlalu kuat maka dibutuhkan waktu selama 20 menit untuk segera melarikan diri. Lari mencapai ketinggian lebih dari 20 meter,” ucap guru besar Ilmu Geologi dunia ini.

Sedangkan Pdt. Dr. Victor Rembeth, menegaskan pentingnya kehadiran gereja menjadi pelindung jemaat dalam merespon bencana. Sebab itu, yang dibutuhkan adalah kesiapsiagaan gereja, dengan terus mengedukasi dirinya. “Ada dokumen bisa membantu kita memahami panggilan gereja, yaitu buku Gereja di Negeri Rawan Bencana. Kita sering lihat bencana itu secara hitam-putih dan akan terkaget ketika bencana terjadi. Sebab itu buku ini sangat membantu,” tandasnya.

Lebih jauh dijelaskan, dalam rangka kesiapsiagaan gereja, maka pentingnya keberadaan unit Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Praxis gereja dalam PRB antara lain membangun jaringan atau kemitraan dengan pihak lain. “Bencana unik dan dinamis maka tidak sama di setiap tempat. Sebab itu harus melibatkan semua pihak itu penting. Gereja punya kapasitas jaringan,” tegasnya.

Selain itu, pentingnya relawan, solidaritas warga gereja, serta jejaring untuk pemulihan ekonomi. Gereja harus menjadi Posko Pemulihan Jiwa dan Pusat Informasi Bencana, serta aksi kesiapsiagaan gereja harus meliputi pra, saat dan pasca bencana.

Terkait hal tersebut dalam diskusi salah seorang peserta menegaskan betapa pentingnya gereja memberi informasi terkait kebencanaan. Gereja tidak bisa bekerja sendiri, maka perlu berjering termasuk dengan gereja lain, atau semua pihak yang punya kepentingan dalam rangka menghadapi bencana di setiap wilayah.

Sebab itu, diharapkan PGI memfasilitasi dan turut membantu dalam rangka memperkuat jejaring, terlebih kepada gereja-gereja kecil yang ada di desa-desa, agar pra, saat, bahkan pasca bencana, dapat tertangani dengan baik.

Berikan Komentar

Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *

Komentar *
Nama Lengkap *
Email *
Website
(optional)

Berita & Peristiwa
Ketua Umum PGI dan Rombongan Kunjungi Padang Sarai: "Anak-anak korban ...
by admin 02 Aug 2025 21:00

PADANG,PGI.OR.ID-Peristiwa pembubaran dan perusakan sebuah rumah doa sekaligus tempat pendidikan bagi siswa Kr...

PGI-ICRP Perkuat Komitmen Merawat Dunia dengan Cinta
by admin 01 Aug 2025 03:46

JAKARTA,PGI.OR.ID-Peristiwa intoleransi belakangan makin marak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Meresp...

PGI dan PIKI Bertemu, Tegaskan Pentingnya Sinergi Gereja dan Masyaraka...
by admin 31 Jul 2025 02:20

JAKARTA-PGI.OR.ID Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (P...