PGI Nyatakan Keberpihakan kepada HKBP Menanggulangi Masalah Sosial dan Lingkungan

TARUTUNG,PGI.OR.ID-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyatakan keberpihakan kepada Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), juga gereja-gereja di Sumatera Utara (Sumut), yang meneguhkan sikap iman serta sosialnya untuk secara konkrit menanggulangi berbagai masalah sosial dan lingkungan.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty, dalam sambutannya di acara Ibadah HKBP Peduli Tano Batak, yang berlangsung di Stadion Mini Lapangan Serbaguna, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, pada Rabu (16/4/2025).
“Hari ini kita menyaksikan bahwa kepedulian HKBP terhadap 4 isu prioritasnya, seperti judi, narkoba, perdagangan manusia, dan kelestarian lingkungan, tak dinarasikan dalam kata-kata liturgi saja, tetapi diadministrasi dalam tindakan untuk membentuk “gugus tugas” penanggulangan 4 isu kritis ini. Kita doakan semoga gugus tugas ini bekerja optimal,” ujarnya.
Lebih jauh disampaikan Pdt. Jacky, biasa dia disapa, keempat isu tersebut bersilangan dengan isu-isu sosial yang juga digumuli PGI. Menurutnya, perbedaan intervensi berbasis gereja dengan lembaga-lembaga sekular, terhadap isu ini yaitu intervensi berbasis gereja didasarkan pada Sikap berteologia, intervensi gereja membentuk Spiritualitas tertentu (misalnya Ugahari), dan intervensi gereja sebagai tindakan Pastoral kepada manusia maupun lingkungan.
“HKBP sedang mewujudkannya melalui aktivitas hari ini. Dengan begitu HKBP bisa hadir semakin relevan bagi manusia dan lingkungan di sekitarnya,” tandasnya.
Menyingung Ibadah HKBP Peduli Tano Batak yang dilaksanakan jelang Jumat Agung dan Paskah, Ketum PGI melihat hal itu sebagai sebuah kontemplasi kosmik mengenai Allah yang turut ambil bagian dalam kerapuhan kita melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Karena Allah memberi diri maka gerejanya terpanggil untuk memberi diri masuk dalam luka-luka tanah ini, juga manusia didalam semua sakit sosial yang dialaminya.
Sebab itu, dia mengajak umat untuk meratap dan membuka luka-luka kita. Luka tanah, luka tubuh, luka persekutuan, serta luka-luka lain di tano Batak, dan menyerahkannya dengan kesediaan ditransformasi oleh luka-luka Kristus. “Hanya dengan kesediaan membuka luka, kita bisa disentuh, disembuhkan, ditransformasi oleh kasih Kristus,” tegas Pdt. Jacky.
Sementara itu, Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, dalam khotbahnya menegaskan, umat Kristen dipanggil Allah untuk menjadi distributor kasih, terkhusus ditengah keprihatinan kita saat ini karena digempur oleh permasalahan narkoba, judi, human trafficking, dan kerusakan lingkungan.
Tugas warga gereja yang telah menerima kasih Allah yang besar, tandas Ephorus HKBP, adalah mengasihi diri sendiri dengan tidak terlibat dalam persoalan narkoba, judi, perdagangan manusia, serta perusakan lingkungan. “Narkoba adalah mesin pembunuh generasi bangsa karena mayoritas pengguna narkoba adalah pemuda. Di Indonesia tidak ada satu kota kecil pun yang tidak dimasuki narkoba. Sumut peringkat tertinggi dalam bidang penggunaan narkoba, ini menjadi tanggung jawab kita sebagai warga negara,” tandasnya.
Demikian pula dengan persoalan judi, human trafficking, dan perusakan lingkungan. “Terakhir masalah kerusakan alam. Kita tahu 10 ancaman secara global tertinggi adalah krisis ekologi. Krisis ini dengan berbagai bencana yang menerpa dunia termasuk tanah Batak, dipastikan karena dosa keserakahan manusia. Sebab itu, karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, tidak hanya terhadap manusia tetapi juga alam atau lingkungan, tugas kita lah untuk mengasihi dan merawatnya,” ujarnya.
Diakhir khotbah, Pdt. Dr. Victor Tinambunan kembali menegaskan agar warga gereja, yang telah menerima kasih Allah, dapat menjadi alat dalam rangka membebaskan kita dari persoalan narkoba, judi, human trafficking, dan perusakan lingkungan.
Ibadah HKBP Peduli Tano Batak berlangsung hikmat. Sekitar 5000 orang, termasuk jemaat, pimpinan sinode gereja, serta pimpinan pemerintah daerah setempat, turut hadir. Di akhir acara panitia memberikan bibit pohon kepada seluruh peserta, untuk ditanam di tempat masing-masing.
Pewarta: Markus Saragih