Preloader
PGI.OR.ID

Alamat

Jalan Salemba Raya No. 10
Jakarta Pusat (10430)

Hotline

021-3150451

021-3150455

021-3908118-20

Alamat Email

mailto:info@pgi.or.id

Talkshow I Konsultasi Nasional PRB dan MAPI 2025 di Yogyakarta: Gereja Dipanggil untuk Berpihak pada Kehidupan

Thumbnail
Author

admin

16 Oct 2025 13:21

Share:

YOGYAKARTA, PGI.OR.ID — Gereja tidak lagi cukup menjadi lembaga spiritual yang hanya berbicara soal keselamatan pribadi, tetapi harus tampil sebagai agen ketangguhan dalam menghadapi krisis bencana dan iklim yang kian nyata. Seruan ini mengemuka dalam Talkshow Sesi I Konsultasi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim yang digelar di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Talkshow sesi pertama ini digelar pada 16 Oktober 2025 dengan mengusung topik “Rancang Bangun Teologi Diakonia Ekumenis: Gereja sebagai Agen Ketangguhan dalam Menghadapi Krisis Bencana dan Iklim.”

Sekretaris Umum PGI, Pdt. Darwin Darmawan, membuka sesi dengan refleksi bertajuk “Meneguhkan Kemandirian Oikoumenis untuk Keadilan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana.” Ia menegaskan bahwa diakonia gereja masa kini harus bertransformasi menjadi ekodiakonia — pelayanan yang menyatukan kasih dengan keadilan ekologis. “Gereja dipanggil berpihak pada kehidupan, mendengar suara mereka yang terpinggirkan oleh bencana dan kebijakan eksploitatif, serta menjadi saksi kasih Allah melalui tindakan nyata,” ujarnya.

Menurutnya, transformasi diakonia gereja adalah ziarah menuju keadilan dan perdamaian, di mana umat Allah turut ambil bagian dalam penyembuhan dunia. “Gereja bukan sekadar lembaga agama, tetapi subjek sosial-ekologis yang hidup dalam jejaring ciptaan,” tambahnya, sambil mengutip Injil Markus: “Beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Ia menegaskan bahwa seluruh ciptaan—manusia maupun non-manusia—merupakan satu kesatuan yang perlu dipulihkan.

Lebih jauh, Pdt. Darwin menyoroti ketimpangan sosial dan ekologis yang lahir dari ketidakadilan iklim. “Petani, nelayan, dan masyarakat adat adalah kelompok paling rentan. Mereka sering tidak punya ruang bersuara,” katanya. Karena itu, gereja perlu belajar dari pengalaman orang tertindas, mengembangkan teologi yang berpihak, dan berani menggugat dosa struktural yang merusak bumi. “Panggilan gereja mencakup advokasi, bahkan jika perlu, provokasi,” tegasnya. Gereja juga diimbau mengembangkan kesadaran kebencanaan melalui khotbah, kurikulum pendidikan, dan praksis jemaat.

Sementara itu, Prof. J.B. Banawiratma, teolog senior, mengajak gereja meninjau ulang akar teologi diakonia di tengah kompleksitas krisis global. Ia menilai dunia kini hidup dalam Capitalocene — zaman di mana kapital, kekuasaan, dan alam saling bertaut dan menentukan arah hidup manusia. “Ketangguhan gereja tidak terletak pada kekuatannya sendiri, tetapi pada pengharapan akan misteri Ilahi yang melingkupi seluruh ciptaan,” ujarnya.

Banawiratma menegaskan bahwa teologi diakonia harus berakar pada Manifesto Nasaret (Lukas 4:18–19) yang menekankan pembebasan holistik bagi manusia dan seluruh ciptaan. Ia menggagas konsep Teologi Trinitaris Kosmis, di mana hubungan manusia, alam, dan Allah menjadi kesatuan organik. “Spiritualitas yang sejati adalah hidup dan bertindak dalam Roh Kudus, mengikuti Yesus, dan mengambil bagian dalam gerakan Kerajaan Allah yang politis dan profetis,” jelasnya.

Talkshow juga menampilkan praktik nyata dari ACT Indonesia Forum (ACTIF)—forum kerja sama lintas lembaga gereja anggota ACT Alliance di Indonesia. Melalui paparan lembaga seperti YEU, Pelkesi, MBM, dan CDRM&CDS, ACTIF menampilkan kesaksian gereja yang bergerak aktif dalam kebencanaan: membentuk tim siaga, memberi dukungan psikososial, hingga mengintegrasikan mitigasi dan adaptasi iklim dalam pelayanan jemaat. “Gereja bukan hanya tempat ibadah,” ungkap Tiurma Pohan, Convener ACTIF, “tetapi rumah belajar ketangguhan, tempat iman diwujudkan melalui aksi kemanusiaan dan kepedulian terhadap bumi.”

Menutup sesi, Pdt. Victor Rembeth sebagai moderator menegaskan bahwa ketangguhan sejati bukanlah kemampuan bertahan sendiri, melainkan kekuatan untuk bergerak bersama dalam solidaritas, iman, dan kasih terhadap bumi. “Ketika gereja berjalan bersama ciptaan, di situlah Injil benar-benar menjadi kabar baik bagi seluruh alam,” tandasnya.

Berikan Komentar

Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *

Komentar *
Nama Lengkap *
Email *
Website
(optional)

Berita & Peristiwa
DIALOG INDONESIA - JERMAN: KETIKA IMAN DAN DEMOKRASI BERBAGI RUANG PUB...
by Nadia Manuputty 17 Oct 2025 12:39

Münster, kota yang pernah menjadi simbol Perdamaian Westphalia tahun 1648, kembali menjadi panggung pertemuan...

Talkshow II Konas PRB-MAPI: Kolaborasi Akademis–Eklesiatis: Universi...
by admin 16 Oct 2025 16:37

JAKARTA, PGI.OR.ID — Kolaborasi antara universitas dan gereja menjadi kunci penting dalam mendorong keadilan...

Talkshow I Konsultasi Nasional PRB dan MAPI 2025 di Yogyakarta: Gereja...
by admin 16 Oct 2025 13:21

YOGYAKARTA, PGI.OR.ID — Gereja tidak lagi cukup menjadi lembaga spiritual yang hanya berbicara soal keselama...