Talkshow II Konas PRB-MAPI: Kolaborasi Akademis–Eklesiatis: Universitas dan Gereja dalam Advokasi Keadilan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana


admin
16 Oct 2025 16:37
JAKARTA, PGI.OR.ID — Kolaborasi antara universitas dan gereja menjadi kunci penting dalam mendorong keadilan iklim dan pengurangan risiko bencana di Indonesia. Hal ini mengemuka dalam Talkshow 2 bertajuk “Kolaborasi Akademis–Eklesiatis: Universitas dan Gereja dalam Advokasi Keadilan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana” pada Konsultasi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (MAPI).
Tiga narasumber, yakni Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D dan Drs. Djoko Rahardjo, M.Kes. dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), serta Imelda Masni Juniaty Sianipar, S.IP., M.A., Ph.D dari Universitas Kristen Indonesia (UKI), memaparkan peran strategis lembaga pendidikan tinggi dan gereja dalam membangun kesadaran, riset, serta aksi nyata bagi keberlanjutan bumi.
Akademia dan Gereja: Dua Sayap Ketangguhan
Ir. Henry Feriadi menegaskan bahwa universitas memiliki tiga dharma yang saling terhubung dalam membentuk pemimpin masa depan yang peduli terhadap krisis lingkungan: teaching, research, dan service.
“Melalui pendidikan berbasis masalah, mahasiswa diajak peka terhadap realitas, memahami dampak lingkungan, dan membangun ketangguhan melalui riset tentang ekologi perkotaan dan perubahan iklim,” ujarnya.
Henry juga menyoroti pentingnya pelayanan nyata melalui pusat studi kebencanaan, program service learning, dan inisiatif “Adopt a Community”. Ia menambahkan, kolaborasi universitas dan gereja dapat dilakukan melalui penguatan jejaring, sinergi sumber daya yang terbatas, serta tindakan kecil yang konsisten: “One hope, one action at a time.”
Krisis Ekologi dan Keadilan Iklim
Sementara itu, Drs. Djoko Rahardjo menggambarkan situasi dunia yang tengah menghadapi “triple planetary crisis”: perubahan iklim, pencemaran, dan hilangnya keanekaragaman hayati. “Jika ekosistem rusak, maka layanan kehidupan pun ikut rusak,” tegasnya.
Menurutnya, konservasi harus dilihat sebagai upaya keadilan iklim yang menghubungkan perlindungan ekologi dengan hak asasi manusia. “Masyarakat rentan paling terdampak ketika biodiversitas hilang—akses terhadap pangan, air, dan obat-obatan semakin berkurang,” jelas Djoko. Ia menambahkan, gereja dan sekolah dapat menjadi pelopor perlindungan keanekaragaman hayati perkotaan melalui pembangunan ruang hijau dan edukasi ekologis jemaat.

Ilmu dan Iman: Menyatukan Bukti dan Suara Moral
Dr. Imelda Sianipar dari UKI menekankan bahwa universitas dan lembaga eklesiastik memiliki peran saling melengkapi. “Universitas berperan sebagai pusat pengetahuan ilmiah, sedangkan gereja memiliki otoritas moral dan pengaruh spiritual untuk menggerakkan perubahan perilaku masyarakat,” ungkapnya.
Ia menjabarkan beberapa bidang kolaborasi strategis, antara lain riset bersama, edukasi publik, pemberdayaan komunitas lokal, dan advokasi kebijakan publik. “Universitas dapat menyediakan policy brief berbasis riset, sementara gereja menyuarakan tekanan moral kepada pengambil kebijakan,” katanya. Imelda juga menekankan perlunya gereja membuka jaringan global untuk belajar dari praktik baik negara lain, seperti Taiwan yang telah menyiapkan sistem mitigasi bencana terpadu.
Tantangan dan Harapan
Dalam sesi tanggapan, peserta seperti Indrianto (GKJ) dan Irma Simanjuntak menyoroti tantangan dalam kolaborasi lintas agama dan kepentingan. Indrianto mengingatkan pentingnya pendekatan sensitif terhadap masyarakat plural, sedangkan Irma menekankan perlunya riset universitas yang berpihak pada kelompok termarginalkan serta keterlibatan aktif kampus dalam advokasi struktural.

Menanggapi hal itu, Henry Feriadi mengakui dilema yang kerap dihadapi universitas dalam advokasi sosial. Ia mencontohkan pengalamannya sejak 1990-an saat mendampingi advokasi Kedung Ombo bersama Romo Mangun. “Sebagai dosen, kita memiliki kebebasan menyuarakan nurani. Itulah kontribusi akademia bagi keadilan,” katanya.
Imelda menambahkan, kolaborasi akan efektif bila didukung jejaring luas dan pemanfaatan teknologi seperti Google Scholar untuk memetakan dosen atau peneliti yang memiliki kepedulian sama. Sedangkan Djoko menutup dengan harapan agar setiap pemerintah kota berkomitmen membangun ruang hijau demi harmonisasi ekologis dan sosial.
Talkshow ini menegaskan: kolaborasi antara universitas dan gereja bukan sekadar wacana, melainkan panggilan moral dan ilmiah untuk menyelamatkan bumi dan memperjuangkan keadilan bagi semua ciptaan.
Berikan Komentar
Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *
Berita & Peristiwa
DIALOG INDONESIA - JERMAN: KETIKA IMAN DAN DEMOKRASI BERBAGI RUANG PUB...
Münster, kota yang pernah menjadi simbol Perdamaian Westphalia tahun 1648, kembali menjadi panggung pertemuan...
Talkshow II Konas PRB-MAPI: Kolaborasi Akademis–Eklesiatis: Universi...
JAKARTA, PGI.OR.ID — Kolaborasi antara universitas dan gereja menjadi kunci penting dalam mendorong keadilan...
Talkshow I Konsultasi Nasional PRB dan MAPI 2025 di Yogyakarta: Gereja...
YOGYAKARTA, PGI.OR.ID — Gereja tidak lagi cukup menjadi lembaga spiritual yang hanya berbicara soal keselama...