Ziarah Oikoumenis: Mengenang dan Menghidupi Warisan Injil di Tanah Dayak

KALTENG,PGI.OR.ID-Dalam rangka menyambut 75 tahun Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Ziarah Oikoumenis dilakukan ke makam tokoh-tokoh gereja dan gerakan oikoumenis di Kalimantan, pada Sabtu (26/4/2025).
Kegiatan ini menjadi momen penting untuk mengenang para pelopor pelayanan Injil, khususnya di tanah Dayak, Kalimantan.
Ziarah dilakukan ke makam Pdt. Fridolin Ukur, Pdt. Mardonius Blantan, dan missionaris Ernest Wilhelm Feige. Ketiga tokoh ini dikenang sebagai pilar-pilar penting dalam sejarah gereja dan semangat oikoumenis di Indonesia.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn F. Manuputty menegaskan bahwa ziarah ini bukan sekadar mengenang masa lalu. “Injil tidak perlu disiarahi, Injil tidak perlu dikenang, Injil harus dihidupi,” tegasnya.
Ia mengajak umat untuk merefleksikan kembali apakah semangat Injil yang dulu ditanam oleh para pelopor seperti Pdt. Mardonius Blantan masih bertumbuh dan berbuah dalam kehidupan masyarakat Dayak.
“Kita harus bertanya: Apakah Injil yang telah disemaikan itu masih menafasi imajinasi orang Dayak di atas tanahnya? Masihkah menjadi penuntun dalam menghadapi tantangan hidup dan lingkungan hari ini?,” lanjutnya.
Ia menekankan, bila Injil hanya dikenang tanpa dihidupi, maka ziarah akan menjadi seremonial belaka, kehilangan maknanya yang sejati.
Menilik ketiga sosok tokoh gereja ini, Pdt. Mardonius Blantan, yang lahir di Tamiang Layang pada 13 Mei 1904, adalah satu dari lima pendeta Dayak pertama yang ditahbiskan pada tahun 1935. Ia dikenal gigih dalam pelayanan, bahkan turut mengisi kekosongan pelayanan akibat tekanan terhadap misionaris asing saat itu.
Sedangkan Ernst Wilhelm Feige, adalah misionaris dari Rheinnische Missionsgeselischaft (RMG), yang lahir di Wilschkowitz (Siselia), Jerman, 25 Mei 1840. Dia pertama kali menginjakkan kaki di tanah Borneo, Kota Banjarmasin pada 1875, dan menginjili Suku Dayak Ma’anyan di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, hingga akhir hayatnya, 9 Juli 1901.
Ernst Wilhelm Feige membuka Kembali pos misi di Tamiang Layang, dan menetap di daerah itu pada 1878. Selain mewartakan Injil, ia juga memberikan banyak ilmu pengetahuan, mulai dari bercocok tanam, Pendidikan, Kesehatan, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya kepada Masyarakat Dayak Ma’anyan.
Sementara itu, Pdt. Dr. Fridolin Ukur yang pernah menjadi Sekum PGI (1984-1989) dikenang sebagai tokoh gereja, sastrawan, dan akademisi yang berhasil memadukan iman, budaya, dan sastra dalam seluruh hidup dan pelayanannya. Disertasinya tentang suku Dayak menjadi kontribusi besar bagi teologi kontekstual di Indonesia.
Pihak keluarga menyampaikan rasa syukur dan haru atas penghormatan yang diberikan kepada para leluhur iman.
Mewakili Panitia 75 tahun PGI, Edward Sitorus menyampaikan terima kasih pada keluarga yang dengan kesetiaannya telah mendampingi dalam pelayananya kepada umat “Melalui kiprah mereka, keberadaan suku Dayak di Indonesia makin dikenal dan dihargai,” ujarnya.
Ziarah Oikoumenis ini menjadi pengingat bahwa warisan para pelayan Injil bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk diteruskan dan dihidupi dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat hari ini.