Bagaimana Kunjungan Paus ke Indonesia Dapat Meningkatkan Metode Konstruktif


Oleh: Admin
06 Sep 2024 17:27
Kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta sebagai tujuan pertama dalam tur Asia Tenggara menunjukkan pentingnya Indonesia baik secara regional maupun global. Kehadirannya di Jakarta disambut dengan penuh empati oleh umat Muslim pada umumnya. A'an Suryana dan Norshahril Saat mengutip perkataan Sudarnoto Abdul hakim bahwa kunjungan Paus akan mendorong orang-orang dari berbagai agama untuk memberdayakan kegiatan-kegiatan pembangunan perdamaian di dunia. Namun, positivisme semacam itu mungkin akan segera pudar jika tindakan konstruktif di lapangan tidak ditanggapi dengan serius dan agenda semacam itu tidak diprioritaskan lebih lanjut. Selain itu, perlu juga disebutkan bahwa tanpa kunjungan Paus Fransiskus, jembatan Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta sebagai simbol kohesi sosial tidak akan diketahui oleh banyak orang di seluruh dunia. Tidak diragukan lagi, kunjungan Paus ke Indonesia telah menunjukkan komitmen Vatikan dan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam membina hubungan baik antara dunia Kristen dan Muslim.
Di sisi lain, kritik terhadap kunjungan tersebut tidak pernah absen. Mereka dapat dikategorikan sebagai penolak oleh kalangan konservatif; penangkapan telah menghentikan rencana pembunuhan Paus oleh tokoh-tokoh ekstremis. Kritik lainnya terkait dengan isu hak asasi manusia, suara-suara dari kalangan intelektual yang tidak puas dengan tingkat penegakan hak asasi manusia di Indonesia, yang pada tahap ini akan meremehkan pengalaman sukses Indonesia dalam membangun koeksistensi damai dan kohesi sosial antara minoritas Kristen dan mayoritas Muslim, seperti di Kampung Sawah, di mana negara sangat menekankan sebagai model sukses untuk hidup berdampingan secara damai antara umat Kristiani dan Muslim di Indonesia. Di sisi lain, kritik konstruktif mengharapkan hasil dari kunjungan tersebut memiliki konsekuensi yang menguntungkan, seperti memberikan izin tanpa syarat untuk membangun rumah ibadah bagi umat Kristen dan Muslim, seperti yang dikatakan oleh Devianti Faridz. Oleh karena itu, kunjungan Paus ke Indonesia seharusnya tidak dicatat dengan kegembiraan yang berlebihan atau pesimisme yang meragukan. Sebaliknya, berdasarkan kunjungan tersebut, tindakan konstruktif perlu dilakukan secara paralel dengan aparat pemerintah dan perwakilan masyarakat sipil untuk mengedukasi masyarakat lebih lanjut dan mengembangkan model-model koeksistensi damai dan kohesi sosial yang telah berhasil dilakukan di Indonesia.
Pengalaman sukses seperti ini perlu dijabarkan lebih lanjut oleh perwakilan masyarakat sipil yang aktif di Indonesia dalam wacana publik, di mana orang-orang yang melakukan koeksistensi damai difokuskan sebagai partisipan dan tidak hanya ditampilkan sebagai penonton hubungan baik antara elit agama. Selain itu, telah terjadi pergeseran positif dalam sektor pendidikan di Indonesia. Namun, masyarakat tidak menyadari sambutan yang ceria dari para siswa internasional di Indonesia dan, dalam hal ini, siswa Kristen di Indonesia. Media harus terus menerus menginformasikan kepada masyarakat tentang interaksi positif ini, seperti UIII dan film yang kami buat. Itu adalah contoh nyata dari toleransi dan keberagaman di antara para pemuda yang sangat dipentingkan oleh Indonesia, dan Paus juga telah menyinggung para pemuda. Di sisi lain, dunia Kristen harus lebih memperhatikan komunitas Kristen di Indonesia yang merupakan yang terbesar di Asia setelah Filipina dan Cina.
Dengan kata lain, jika kunjungan Paus telah memberikan manfaat bagi citra Indonesia sebagai negara yang toleran, secara paralel, dunia Kristen membutuhkan lebih banyak pengetahuan tentang ko-eksistensi yang damai dan kondisi yang berkembang dari minoritas Kristen di Indonesia yang mayoritas Muslim. Keadilan dan keputusan yang adil harus menjadi pilar dari hidup berdampingan secara damai. Dalam hal ini, gagasan Jusuf Kalla untuk menyiarkan azan dan misa Paus secara bersamaan dapat menjadi contoh yang baik dari sikap adil. Dengan demikian, hidup berdampingan secara damai dapat bertahan lama jika masyarakat menjadi partisipan di lapangan dan didorong oleh kebijakan negara untuk memajukan kerukunan bersama.
Selain itu, media dan lembaga pemikir juga harus menguraikan contoh-contoh tersebut kepada khalayak internasional. Indonesia membutuhkan visi yang melihat ke luar, bukan hanya melihat ke dalam. Lembaga-lembaga pemikir dan universitas dapat lebih sering mengadakan konferensi dan seminar internasional dengan menginformasikannya kepada publik melalui media seperti film pendek berjudul “Menguak Perbedaan” yang berkolaborasi dengan FPC Indonesia dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, di mana para mahasiswa Kristen dan Muslim di UIII mengungkapkan pengalaman mereka dalam hidup berdampingan secara damai dan saling bekerja sama. Selain itu, sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh UIII mengundang rektor dan cendekiawan Universitas Negeri Yerevan, di mana interaksi damai saat ini dan historis telah ditunjukkan antara Armenia yang beragama Kristen dan negara-negara mayoritas Muslim. Dalam hal ini, presentasi saya mengartikulasikan peran positif dari komunitas Armenia yang secara historis telah terbentuk di Jakarta dan Surabaya, hidup berdampingan secara damai, dan interaksi yang bermanfaat dengan masyarakat Indonesia. Saat ini, dalam skala global, kepentingan Indonesia diprioritaskan terutama karena potensi perdagangan yang dijanjikan dan perannya sebagai negara kekuatan menengah dan negara pendukung non-blok di media arus utama.
Selain itu, fenomena kohesi sosial Kristen-Muslim yang tidak terlihat di Indonesia dapat memajukan pembangunan ekonomi dan menegaskan kemampuan kekuatan menengah dengan negara-negara dan masyarakat di mana agama memainkan peran penting dalam interaksi sosial dan politik sehari-hari. Sebagai contoh, pariwisata adalah elemen penting untuk mengembangkan ekonomi dan alat untuk menunjukkan kemampuan Indonesia sebagai kekuatan menengah. Akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia untuk melihat bagian dunia lainnya, seperti Suriah, Lebanon, dan Mesir, di mana koeksistensi damai di antara minoritas Kristen di negara-negara mayoritas Muslim juga telah berhasil secara paralel dengan kasus di Indonesia. Oleh karena itu, hidup berdampingan secara damai dan kohesi sosial antara umat Kristen dan Muslim tidak bisa dilihat hanya dari dimensi antar agama. Kisah-kisah sukses seperti itu akan memberikan dampak nyata di Indonesia dan belahan dunia lainnya sebagai contoh untuk membangun perdamaian di antara komunitas-komunitas agama yang berbeda, bukan hanya slogan-slogan yang diucapkan seperti Bhinneka Tunggal Ika atau urgensi kerukunan umat beragama yang diucapkan oleh para rohaniawan dan elit negara saja. Indonesia perlu menunjukkan kisah-kisah sukses hidup berdampingan secara damai di antara berbagai komunitas yang berbeda dan visi Islam moderatnya secara global untuk melawan siaran berita utama tentang Indonesia, yang telah difokuskan selama beberapa dekade pada ekstremisme Islam atau pada pemandangan wisatanya hingga pada tingkat di mana beberapa orang tidak menyadari bahwa Bali adalah bagian dari Indonesia.
Akhirnya, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menawarkan kesempatan yang signifikan untuk memajukan dialog antar agama dan menyoroti model-model hidup berdampingan yang berhasil. Dampak dari kunjungan tersebut akan bergantung pada seberapa efektif peluang-peluang ini dimanfaatkan dan diterjemahkan ke dalam hasil yang dapat ditindaklanjuti. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan komunitas internasional akan memastikan bahwa kunjungan ini akan menghasilkan perubahan positif yang langgeng dan memperkuat peran Indonesia sebagai model hidup berdampingan secara damai.
Penulis, Ararat Kostanian, Kandidat Doktor di Universitas Islam Internasional Indonesia
Berikan Komentar
Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *
Berita & Peristiwa
Ketua Umum PGI dan Rombongan Kunjungi Padang Sarai: "Anak-anak korban ...
PADANG,PGI.OR.ID-Peristiwa pembubaran dan perusakan sebuah rumah doa sekaligus tempat pendidikan bagi siswa Kr...
PGI-ICRP Perkuat Komitmen Merawat Dunia dengan Cinta
JAKARTA,PGI.OR.ID-Peristiwa intoleransi belakangan makin marak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Meresp...
PGI dan PIKI Bertemu, Tegaskan Pentingnya Sinergi Gereja dan Masyaraka...
JAKARTA-PGI.OR.ID Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (P...