TAB Angkatan VI Goes to Yogyakarta: 30 Pemuda Multikultural Dilatih Menjadi Duta Damai Keberagaman

YOGYAKARTA.PGI.OR.ID – Sebanyak 30 pemuda dari berbagai latar belakang agama, kepercayaan, dan budaya berkumpul di Yogyakarta untuk mengikuti program Tanah Air itu Bhinneka (TAB) Angkatan VI. Program yang berlangsung 24–28 November ini dirancang untuk memperlengkapi anak muda Indonesia menjadi duta-duta perdamaian di tengah meningkatnya tantangan terhadap keberagaman dan keadilan sosial.

Kegiatan resmi dibuka pada Senin (24/11) di Kantor Institut DIAN/Interfidei. Dalam sambutannya, Sekretaris Umum Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Darwin Darmawan, menegaskan pentingnya keluar dari ego dan preferensi pribadi demi tujuan yang lebih besar. “Kita mesti keluar dari keterbatasan ego dan preferensi pribadi untuk sesuatu yang lebih besar, yaitu bhinneka,” ujarnya, membuka wawasan para peserta untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan bangsa.

Pembukaan turut dihadiri oleh Ismadi, Kepala Dusun Banteng, yang mewakili dukungan masyarakat lokal terhadap upaya memperkuat toleransi. Kehadiran tokoh masyarakat ini sekaligus menegaskan bahwa kerja-kerja perdamaian tidak hanya menjadi ranah lembaga, tetapi juga bagian dari komitmen bersama warga.

TAB Angkatan VI merupakan kolaborasi antara PGI, Mission21, GPIB Marga Mulya Yogyakarta, dan DIAN/Interfidei. Program ini menjadi ruang perjumpaan lintas identitas bagi pemuda usia 18–30 tahun, dengan tujuan membekali mereka perspektif kritis serta keterampilan untuk menjaga dan merawat kebhinekaan.

Ketua Majelis Jemaat GPIB Marga Mulya, Pdt. Jimmy Sormin, dalam arahannya menggarisbawahi pentingnya perjumpaan langsung di tengah budaya interaksi digital yang kian dominan. “Pertemuan langsung memberi kita kesempatan untuk membongkar stigma yang mungkin selama ini tak sengaja kita pegang karena minimnya perjumpaan,” tegasnya.

Momentum pembukaan juga diisi dengan soft launching buku “Tanah Air itu Bhinneka”, yang memuat dokumentasi pengalaman dan refleksi pembelajaran dari alumni lima angkatan sebelumnya. Buku ini menjadi bukti bahwa program TAB tidak hanya menghasilkan pengetahuan sesaat, tetapi juga dampak berkelanjutan melalui kiprah alumninya di berbagai daerah.

Hari pertama ditutup dengan sesi team building untuk memperkuat relasi antar peserta. Aktivitas ini menjadi fondasi penting bagi kolaborasi mereka selama lima hari pelaksanaan program.

Sepanjang rangkaian kegiatan, para peserta akan memperoleh materi mengenai intoleransi di Indonesia, dialog antariman, keadilan sosial, serta praktik-praktik perdamaian. Mereka juga akan dibekali keterampilan memproduksi film pendek bertema kebebasan beragama, kemanusiaan, dan keadilan, yang nantinya diharapkan menjadi media kampanye perdamaian yang mudah diakses publik.

Memasuki angkatan keenam, program TAB telah melahirkan ratusan alumni yang aktif menyebarkan nilai-nilai keberagaman di wilayah masing-masing. Kehadiran 30 pemuda multikultural di Yogyakarta tahun ini kembali menegaskan harapan bahwa Indonesia yang bhinneka bukan hanya slogan, melainkan realitas yang terus diperjuangkan generasi muda lintas agama dan budaya.