PGI Apresiasi Peluncuran Institut WJ. Rumambi. Membangun Gereja Ramah Demokrasi
admin
24 Oct 2025 07:41
Wilhem Johannis Rumambi adalah salah satu tokoh Kristen yang telah mendarmabaktikan hidup tidak hanya bagi gereja tetapi juga negara. Dalam perjalanan panjang yang dilewati, ia pernah dipercayakan menjadi Sekretaris Umum GPI pada 1948, Sekretaris Umum DGI (kini PGI) pada awal pembentukan DGI pada 25 Mei 1950 dan banyak jabatan pelayanan lainnya. Demikian pula dalam dunia pemerintahan, ia pernah dipercaya, di antaranya sebagai Menteri Muda Penghubung DPR / MPR, Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA/Front Nasional, serta Menteri Penerangan RI.
Bercermin kepada karya dan teladan yang telah ditorehkan oleh pria yang juga tokoh oikoumenis ini, Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) meluncurkan Institut WJ Rumambi, di GPIB Paulus, Jakarta, pada Kamis ( 23/10/2025). Selain jemaat, tampak hadir para aktivis dan tokoh Kristen, perwakilan lembaga gerejawi, pendidikan Kristen, serta pemerintahan.

Dalam sambutannya, Sekretaris Umum PGI Pdt. Darwin Darmawan menyampaikan selamat sekaligus apresiasi kepada Sinode GPIB atas peluncuran tersebut. “Menurut saya ini menjadi indikator bagaimana GPIB menghidupi eklesiologi yang mengikuti irama spiritualitas Kristus di tengah kecenderungan lembaga agama yang sering terjebak pada formalisme, ritualisme, dan legalisme, kita diberikan cahaya pengharapan bagaimana ada satu gereja di Indonesia berbicara tentang pentingnya membangun gereja ramah demokrasi,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Sekum PGI mengutip apa yang pernah disampaikan oleh almarhum Pdt. Eka Darmaputra terkait 2 krisis besar yang dihadapi gereja-gereja. "Secara jujur almarhum Pdt. Eka Darmaputra pernah berbicara tentang 2 krisis besar gereja, pertama bagaimana gereja-gereja mengalami irelefansi eksternal dan Insignifikansi secara internal. Secara eksternal gereja-gereja menurutnya seringkali buta terhadap jeritan, tangisan, keluhan dan harapan dunia. Makanya secara sarkastik Pdt. Eka mengatakan jangan-jangan kalau tiba-tiba gereja tidak ada masyarakat tidak terlalu kehilangan sebab gereja tidak dirasakan dampaknya sebagai garam dan terang dunia," paparnya.
Sedangkan secara internal, lanjut Pdt. Darwin Darmawan, gereja-gereja secara internal mengalami apa yang disebut insignifikansi pelayanan. Pelayanan gereja cenderung meretifisi liturgi, dan tidak terjadi transformasi spiritual. Karenanya pelayanan gereja tidak dirasakan terlalu berdampak. "Dalam semangat itu kalau kita hari ini bisa menyaksikan peluncuran Institut WJ Rumambi kita sangat bersyukur sebagian bagian dari gereja-gereja di Indonesia," tandasnya.

Ia pun menyampaikan terimakasih karena kebesaran almarhum WJ Rumambi tidak hanya dinikmati oleh GPIB tetapi juga dibagikan untuk gereja-gereja dan masyarakat Indonesia. "Semangat ini penting sebab jika kita mau bermimpi Indonesia yang besar, adil dan damai kita harus bergandengan tangan, kita tidak bisa sendirian," tandas Pdt. Darwin Darmawan.
Sementara itu mewakili Ditjen Bimas Kristen RI, Pdt. Marvel Kawatu membacakan sambutan tertulis Jeane Marie Tulung, Dirjen Bimas Kristen RI, yang menegaskan bahwa gereja dan lembaga keagamaan tidak boleh berdiri sebagai penonton dalam melihat berbagai persoalan bangsa. Sebab itu, kehadiran Institut W.J. Rumambi menemukan relevansinya. "Lembaga ini akan menyiapkan generasi yang cerdas dalam iman dan kuat dalam berpikir. Dengan demikian lembaga ini dapat menjadi mitra strategis pemerintah khusus dalam literasi keagamaan publik, dan melahirkan kader cinta pelayanan dan tanah air," ujarnya.
Disampaikan pula, kehadiran Institut WJ Rumambi menjadi tonggak penting dalam perjalanan oikoumenis di Indonesia, dan momentum sebagai komitmen bersama untuk memperjuangkan demokrasi yang berkeadaban, serta memperkuat iman Kristen dalam membangun Indonesia yang damai, inklusif dan penuh kasih.
Prosesi Peluncuran

Usai ibadah, langsung dilaksanakan peluncuran yang didahului peneguhan pengurus. Selanjutnya, Majelis Sinode GPIB Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi (Ketua Umum) dan Pdt. Elly D. Pitoy-de Bell, STh (Sekretaris Umum), didampingi Pdt. Henriette Hutabarat-Lebang, melakukan pemukulan tetengkoren (kentongan) sebagai tanda diluncurkan secara resmi Institut WJ Rumambi.
Institut WJ Rumambi akan menjadi wadah sebagai ruang belajar, dialog atas iman, dan masyarakat, berpihak bagi tanah yang adil damai dan demokratis. Menjadi jembatan emas antara umat, gereja serta bangsa. "Semuanya itu akan didasari dengan komitmen ketulusan untuk melayani. Pesan sederhana tetapi kuat. Karena tulus adalah roh dari pelayanan yang sejati," tandas Pdt. Paulus Kariso Rumambi.
Pada kesempatan itu, juga dilakukan peluncuran buku Gereja Ramah Demokrasi. Teologia Publik Wilhem Johannis Rumambi, yang diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia.
Berikan Komentar
Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *
Berita & Peristiwa
PGI Mendorong Gereja-gereja Berperan Aktif dalam Mewujudkan Perdamaian...
BALI, PGI.OR.ID-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) melaksanakan kegiatan Lokakarya Teologi Pariwisat...
PGI Apresiasi Peluncuran Institut WJ. Rumambi. Membangun Gereja Ramah ...
Wilhem Johannis Rumambi adalah salah satu tokoh Kristen yang telah mendarmabaktikan hidup tidak hanya bagi ger...
Pertemuan Raya Perempuan GKST 2025
“Hiduplah Sebagai Terang Yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran” POSO — Persekutuan Perempuan ...

