Sharing Meeting Gereja dan Keluarga: PGI Dorong Gereja Perkuat Pelayanan Keluarga sebagai Wujud Ecclesia Domestica
_1760589005.jpeg)

admin
09 Oct 2025 19:16
JAKARTA, PGI.OR.ID — Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menegaskan pentingnya perhatian gereja terhadap enam poli-krisis yang tengah dihadapi bangsa, yakni krisis kebangsaan, oikoumenis, pendidikan, lingkungan hidup, keluarga, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Dari berbagai krisis tersebut, krisis keluarga menjadi sorotan utama karena semakin meningkatnya keretakan hubungan rumah tangga dan kekerasan domestik yang mengancam keutuhan masyarakat.
Dalam Pokok-Pokok Panggilan dan Tugas Bersama Gereja-gereja di Indonesia (PPTB-PGI) 2024–2029 disebutkan, krisis keluarga merupakan ancaman terhadap keseimbangan fungsi dan harmoni keluarga akibat budaya patriarki yang masih dominan, tekanan ekonomi, gangguan kesehatan mental, hingga dampak negatif penggunaan media sosial. Bentuk-bentuk krisis itu tampak dalam maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga, judi online, pinjaman daring, serta fenomena fatherless dan parentless yang kian meningkat.
Melalui kegiatan Sharing Meeting Gereja dan Keluarga yang diselenggarakan secara daring oleh Biro Keluarga dan Anak (BKA) PGI pada Kamis (9/10), gereja-gereja di Indonesia diajak memperkuat peran keluarga sebagai wajah gereja terkecil atau ecclesia domestica. Kegiatan ini diikuti oleh 98 orang peserta yang terdiri dari pimpinan sinode, PGIW/SAG, serta perwakilan lembaga pelayanan Kristen. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Focus Group Discussion yang dilaksanakan pada pekan sebelumnya, sebagai upaya memetakan krisis keluarga di tengah jemaat sekaligus mengumpulkan materi penyusunan panduan Ecclesia Domestica PGI bagi gereja-gereja.
Kegiatan ini menghadirkan berbagai lembaga yang telah berpengalaman dalam pelayanan keluarga, seperti Yayasan EUNIKE, CBN (Cahaya Bagi Negeri), Wahana Visi Indonesia, Yayasan Bintang Cemerlang, dan Rawinala. Perwakilan lembaga-lembaga yang menggumuli pelayanan anak dan keluarga tersebut mendiskusikan tantangan dan peluang pelayanan keluarga di lingkungan gereja serta karya pelayanan mereka untuk meresponsnya.

Dalam diskusi kelompok-kelompok yang diikuti oleh seluruh peserta, mengemuka sejumlah krisis keluarga yang dihadapi di tengah jemaat, antara lain tidak adanya peran ayah dalam membangun ecclesia domestica, terjadinya generation gap atau komunikasi yang terputus antara orangtua dan anak, berkurangnya semangat inklusivitas di tengah gereja, serta masih lemahnya pendidikan iman di tingkat keluarga. Para peserta juga menilai bahwa gereja-gereja memerlukan panduan atau modul yang dapat menolong jemaat memahami dan mewujudkan nilai-nilai ecclesia domestica secara kontekstual dan praktis.
Dalam simpulan akhir pertemuan, diharapkan terjadi integrasi konsep ecclesia domestica dalam praksis pelayanan gereja, sehingga setiap keluarga Kristen dapat menjadi ruang yang menghadirkan kasih, iman, dan pengharapan secara inklusif di tengah masyarakat.
Berikan Komentar
Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *
Berita & Peristiwa
Talkshow Bertajuk “Bersama Menjaga Ciptaan” Tekankan Kolaborasi Im...
YOGYAKARTA, PGI.OR.ID — Talkshow keempat dalam rangkaian Konsultasi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB...
DIALOG INDONESIA - JERMAN: KETIKA IMAN DAN DEMOKRASI BERBAGI RUANG PUB...
Münster, kota yang pernah menjadi simbol Perdamaian Westphalia tahun 1648, kembali menjadi panggung pertemuan...
Pdt. Jacklevyn Manuputty: Imago Dei sebagai Fondasi Lintas Iman untuk ...
UTAH-USA, PGI.OR.ID — Dalam 32nd Annual International Law & Religion Symposium yang digelar 5–7 Oktobe...