Dari Rumah yang Mengasihi hingga Gereja yang Memulihkan: Refleksi tentang Tanggung Jawab Iman di Tengah Luka Generasi Muda


Biro Keluarga Dan Anak PGI - Equivalent Pangasi Rajagukguk
21 Oct 2025 16:09
Pendahuluan
Kabar tentang meninggalnya seorang mahasiswa Universitas Udayana akibat dugaan tekanan sosial dan perundungan menjadi duka yang menampar kesadaran kita bersama. Tragedi ini mengingatkan bahwa di balik wajah cerah dan unggahan media sosial generasi muda, ada banyak pergumulan yang tak tersuarakan. Salah satu penyebabnya sangat mungkin karena pandangan bahwa generasi muda kita cenderung lemah dan bahkan manja. Padahal, mereka hidup di tengah yang bergerak cepat, menuntut mereka untuk selalu tangguh, tampil baik, dan mampu sehingga mereka sering kehilangan ruang untuk jujur tentang luka dan kelelahannya.
Gereja dan keluarga Kristen punya andil untuk membuka ruang aman bagi generasi muda agar mereka dapat secara jujur berbicara dan menunjukkan kerapuhan. Sebab sesungguhnya yang mereka butuhkan lebih dari sekadar nasihat, tetapi juga kehadiran yang nyata. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa 1,4% penduduk Indonesia (3,8 juta jiwa) hidup dengan depresi, dan pada kelompok usia 15–24 tahun, angkanya mencapai 2% atau sekitar 880.000 jiwa. (sumber: https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/fact-sheet-survei-kesehatan-indonesia-ski-2023/) Sementara itu menurut WHO, lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, setara dengan satu orang setiap 40 detik. (sumber: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/suicide)
Setiap angka ini mewakili hidup yang berharga, yang seharusnya dapat diselamatkan bila mereka mampu mengutarakan suara hati mereka dan bila ada orang yang mau mendengar dan hadir secara nyata. Fakta ini menyentuh kita bukan sekadar karena besarnya, melainkan karena mereka mewakili wajah-wajah yang kita kenal dekat: anak, keponakan, sahabat, murid, jemaat. Mereka butuh rumah dan gereja yang mau mendengar sebelum menasihati, memeluk sebelum menilai, dan membesamai sebelum memberi solusi. Karena itu, PGI mengajak keluarga dan gereja untuk bersama-sama mewujudkan kasih Kristus yang memulihkan, dengan berani bersuara bagi mereka yang tak mampu bersuara bagi dirinya sendiri.
1. Keluarga: Gereja Kecil yang Mendidik dalam Kasih dan Empati
Keluarga adalah ecclesia domestica, gereja kecil, tempat kasih Allah pertama kali dialami dan ditanamkan. Dari rumah yang mengasihi, anak belajar melihat dunia bukan sebagai arena persaingan, melainkan ruang relasi. Di dalam relasi keluarga, anak belajar mengenal siapa dirinya dan bagaimana memperlakukan orang lain. Di sinilah lahir pribadi yang menghargai kehidupan, keunikan, serta perbedaan.
Hal ini penting, sebab perilaku bullying, baik di lingkungan pendidikan, pekerjaan, komunitas, bahkan di media sosial, sering berakar dari hati yang tidak mengalami kasih yang tulus. Anak yang tumbuh di bawah tekanan, perbandingan, atau kemarahan yang terus-menerus akan belajar bahwa menguasai orang lain adalah cara untuk bertahan dan mendapatkan pengakuan. Sebaliknya, anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menerima dan menghargai akan menyalurkan kasih itu dalam bentuk empati kepada sesamanya.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan selamilah hatiku; ujilah aku dan ketahuilah pikiran-pikiranku;
lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23-24)
Ketika keluarga membangun kebiasaan berdoa dan berefleksi bersama, mereka sedang mengajarkan bahwa nilai seseorang tidak diukur dari pujian, tetapi dari pandangan Allah yang menerima tanpa syarat. Dari rumah yang mengasihi, tumbuh generasi yang tidak butuh merendahkan untuk merasa tinggi, dan tidak menutup diri untuk menyelamatkan harga diri.
Beberapa langkah sederhana untuk menghidupi kasih di dalam rumah:
• Mendengarkan tanpa menghakimi: anak yang didengar akan belajar menghargai suara dan kehadiran orang lain.
• Mengoreksi dengan kasih, bukan mempermalukan: disiplin yang didasarkan pada kasih akan menumbuhkan tanggung jawab, bukan ketakutan.
• Berdoa dalam keterbukaan: ketika keluarga berani berdoa dan terbuka tentang luka, kegagalan, dan rasa takutnya, mereka sedang menanamkan iman yang realistis sekaligus penuh pengharapan.
2. Keluarga sebagai Ruang Aman untuk Bicara dan Bertumbuh
Di tengah tekanan sosial dan budaya perfeksionisme, tak sedikit generasi muda yang menanggung beban di dalam diam karena takut dianggap lemah, tidak cukup beriman, atau gagal memenuhi ekspektasi orang tua dan lingkungan. Padahal, salah satu langkah paling sederhana untuk menyelamatkan hidup adalah dengan mendengarkan untuk memahami, bukan menghakimi.
Yesus menunjukkan teladan dalam berempati ketika Ia menangis bersama Marta dan Maria atas kematian Lazarus (Yohanes 11:35). Ia tidak langsung menasihati, melainkan hadir dan berbagi air mata. Keluarga pun dipanggil menjadi ruang seperti itu, tempat di mana setiap anggota boleh rapuh, merasa terpuruk, dan berkata jujur, “Aku tidak baik-baik saja,” tanpa harus khawatir akan dihakimi. Menjadi keluarga Kristen bukan berarti hidup tanpa luka, tetapi berani membawa luka itu ke dalam terang kasih Allah. Setiap percakapan yang jujur, setiap pelukan yang tulus, dan setiap doa bersama adalah di mana kasih menjadi nyata dan kehidupan dipertahankan.
3. Gereja: Komunitas yang Memulihkan
Sebagai tubuh Kristus, gereja dipanggil menjadi komunitas yang memulihkan. Di tengah meningkatnya kekerasan verbal, perundungan, dan tekanan psikologis, gereja harus menjadi tempat yang menghadirkan kasih, bukan ketakutan; pengharapan, bukan penghakiman. Gereja yang memulihkan adalah gereja yang:
• Mendidik jemaat tentang kesehatan mental dan empati, sebagai bagian dari panggilan iman.
• Melatih para pelayan dan pengerja, termasuk guru sekolah minggu untuk mengenali tanda-tanda depresi atau perundungan di kalangan anak dan remaja.
• Menyediakan ruang konseling pastoral dan jejaring dengan profesional, agar jemaat yang bergumul tidak harus berjalan sendirian.
• Membangun komunitas saling mendukung seperti peer support, terutama bagi remaja dan pemuda, tempat di mana mereka bisa berbagi tanpa harus mengalami stigma.
“Janganlah perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh anugerah.”
(Efesus 4:29)
Setiap kata yang membangun adalah bagian dari pelayanan pemulihan. Setiap empati yang dihidupkan di tengah jemaat adalah wujud nyata Injil Kristus. Ketika gereja dan keluarga berjalan bersama, kasih Allah menjadi nyata, bukan hanya di altar atau mimbar gereja, tetapi juga di meja makan, di ruang kelas, di media sosial, dan di hati setiap generasi muda yang merasa sendirian.
Penutup
Dalam dunia yang sering bising oleh penghakiman, mari keluarga dan gereja memilih untuk menjadi suara yang lembut namun menyelamatkan.
Suara yang berkata, “Kamu berharga.”
Suara yang meneguhkan, “Kamu tidak sendiri.”
Suara yang mengingatkan, “Hidupmu penting bagi Allah.”
Mazmur 139:14 berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu sebab aku dijadikan dengan dahsyat dan ajaib.” Kiranya setiap rumah menjadi tempat kasih hadir tanpa syarat, dan setiap gereja menjadi rumah pemulihan yang membuka ruang bagi semua.
Tentang PGI dan Biro Keluarga dan Anak (BKA)
Melalui Biro Keluarga dan Anak (BKA), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) terus mengajak keluarga, jemaat, dan lembaga kristiani untuk menghadirkan kehidupan beriman yang sehat, penuh kasih, dan memerdekakan. Kita percaya: setiap anak adalah anugerah Allah, setiap keluarga adalah tempat kasih-Nya bertumbuh, dan setiap gereja adalah tangan Kristus yang memulihkan dunia.
Berikan Komentar
Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *
Berita & Peristiwa
Dari Rumah yang Mengasihi hingga Gereja yang Memulihkan: Refleksi tent...
PendahuluanKabar tentang meninggalnya seorang mahasiswa Universitas Udayana akibat dugaan tekanan sosial dan ...
PGI Harapkan Pesan Penting dalam Tema Natal PGI-KWI Diimplementasikan ...
JAKARTA,PGI.OR.ID-Ketua Umum PGI Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty mengingatkan agar pesan penting dalam Tema Nat...
Talkshow Bertajuk “Bersama Menjaga Ciptaan” Tekankan Kolaborasi Im...
YOGYAKARTA, PGI.OR.ID — Talkshow keempat dalam rangkaian Konsultasi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB...