Dialog Antaragama Vox Point Indonesia 2025 Tegaskan Kepemimpinan Melayani dalam Semangat Toleransi dan Cinta Kasih


admin
15 Jul 2025 04:11
JAKARTA,PGI.OR.ID — Aula VIP Masjid Istiqlal Jakarta menjadi saksi kebersamaan lintas iman dalam Dialog Antaragama Vox Point Indonesia 2025 bertema “The Servant Leadership of Pope Francis”. Acara yang diselenggarakan oleh Vox Point Indonesia ini menghadirkan tokoh-tokoh keagamaan nasional untuk merespons keteladanan Paus Fransiskus dalam konteks kepemimpinan yang melayani serta memperkuat semangat persaudaraan antarumat beragama di Indonesia.
Dialog ini dibuka secara resmi oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA, yang tampil sebagai keynote speaker pertama. Dalam sambutannya, beliau menyoroti pentingnya membangun relasi antariman yang lebih dalam dari sekadar toleransi formal. Mengangkat simbol terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta, ia menekankan bahwa “terowongan ini tidak sekadar menghubungkan tempat, tetapi menghubungkan umat beragama.”
Menteri juga mengajak untuk merenungkan kembali pendekatan keberagamaan yang terlalu maskulin dan menyerukan perlunya spiritualitas yang lebih lembut dan penuh kasih: “Tuhan begitu feminin, nabi begitu lembut, tapi kenapa umat saling membenci dan menajiskan? What’s wrong with us now?” ujarnya menggugah.
Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan cinta di tengah masyarakat. “Kementerian Agama mengajarkan kurikulum cinta. Jangan sampai anak-anak diajari kebencian,” tegasnya. Beliau menutup pernyataannya dengan seruan untuk menjaga lingkungan, karena merusak alam sama dengan merusak kemanusiaan itu sendiri.
Keynote speaker kedua, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan dialog lintas agama ini. Ia menyoroti sosok Paus Fransiskus sebagai teladan dalam membangun jembatan antarbangsa dan antariman. Menurutnya, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa menjadi pemimpin bukan tentang posisi, tetapi tentang pelayanan: “Kepemimpinan Paus Fransiskus menjadi wajah Gereja yang inklusif, yang membuka tangan, bukan mengangkat tembok.” Mgr. Subianto juga mengajak semua umat beriman untuk memperjuangkan keadilan sosial sebagai bentuk konkret dari iman yang hidup.
Sementara itu, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Jacklevyn F. Manuputty, memberikan refleksi mendalam tentang kerendahan hati sebagai bentuk revolusi dalam kepemimpinan. Ia menyebut Paus Fransiskus telah membalik piramida kuasa menjadi perjumpaan yang egaliter. “Kerendahan hati bukan sekadar tunduk, tapi menundukkan struktur yang menindas,” ujarnya. Dalam konteks Indonesia, ia menegaskan bahwa luka-luka sosial, ekologis, dan identitas harus dijawab dengan kepemimpinan yang empatik. “Pemimpin yang melayani bukan mereka yang bersuara tinggi, tetapi yang tinggi dalam empati,” tambahnya. Ia mengajak gereja menjadi suara bagi yang dibungkam: vox vulnerata, suara yang lahir dari luka.
Dialog ini juga mempertemukan pemimpin-pemimpin agama besar lainnya. Di antaranya Prof. Dr. Philip Kuntjoro Widjaja, Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia, Budi S. Tanuwibowo, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si, Dirjen Bimas Hindu, dan Romo Agustinus Heri Wibowo, Pr., Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agung Jakarta serta moderator Vox Point DPD DKI.
Ketua Vox Point Indonesia, Grace Siahaan Njo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dialog ini merupakan bagian dari komitmen Vox Point untuk memperkuat persaudaraan kebangsaan dan menumbuhkan solidaritas lintas iman di tengah tantangan zaman. “Kami percaya bahwa Indonesia hanya bisa maju jika kita saling mengenal, saling menghormati, dan saling melayani,” ungkapnya.
Penutup: Semangat Bersama Menenun Indonesia Damai
Dialog Antaragama Vox Point Indonesia 2025 bukan sekadar forum diskusi, melainkan cermin nyata bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar dalam keberagaman. Di tengah perbedaan iman, para tokoh agama sepakat bahwa kepemimpinan yang melayani, seperti yang diteladankan oleh Paus Fransiskus, adalah jalan menuju masa depan yang damai, adil, dan manusiawi.
Dari Aula Masjid Istiqlal, pesan perdamaian dan cinta kasih kembali dikumandangkan, menegaskan bahwa dalam kebhinnekaan, kita tetap satu dalam semangat kemanusiaan.
Berikan Komentar
Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *
Berita & Peristiwa
Ketua Umum PGI dan Rombongan Kunjungi Padang Sarai: "Anak-anak korban ...
PADANG,PGI.OR.ID-Peristiwa pembubaran dan perusakan sebuah rumah doa sekaligus tempat pendidikan bagi siswa Kr...
PGI-ICRP Perkuat Komitmen Merawat Dunia dengan Cinta
JAKARTA,PGI.OR.ID-Peristiwa intoleransi belakangan makin marak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Meresp...
PGI dan PIKI Bertemu, Tegaskan Pentingnya Sinergi Gereja dan Masyaraka...
JAKARTA-PGI.OR.ID Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (P...