Preloader
PGI.OR.ID

Alamat

Jalan Salemba Raya No. 10
Jakarta Pusat (10430)

Hotline

021-3150451

021-3150455

021-3908118-20

Alamat Email

mailto:info@pgi.or.id

PGI, UEM dan GKJW Gelar Program Women Leadership and Political Education

Thumbnail
Author

admin

29 Oct 2025 06:05

Share:

MALANG, PGI.OR.ID-Sebagai wujud nyata tanggung jawab Gereja dalam menjawab krisis kepemimpinan dan politik nasional, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) melalui Biro Perempuan bekerja sama dengan United Evangelical Mission (UEM) dan Sinode Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) menyelenggarakan Program Women Leadership and Political Education di Hotel Whiz Prime, Malang, pada 27 Oktober – 1 November 2025.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 34 orang perempuan dan laki-laki gereja-gereja anggota PGI dan UEM. Dalam pelatihan ini, para peserta diajak untuk menggali lebih dalam potensi kepemimpinan perempuan serta memahami tantangan yang mereka hadapi di berbagai ruang pengambilan keputusan. Melalui paparan para pembicara, peserta belajar bagaimana gaya kepemimpinan perempuan mampu bertahan dan bertransformasi di tengah kuatnya budaya patriarki. 

Selain itu, juga mendapatkan inspirasi dari pengalaman anggota parlemen perempuan Indonesia dalam mengenali dan memanfaatkan peluang untuk menempati posisi strategis demi terjadinya perubahan yang melibatkan semua pihak, menghargai keberagaman, dan tidak mengecualikan kelompok manapun terutama mereka yang selama ini terpinggirkan atau kurang mendapat ruang.

Anggota Majelis Pekerja Harian PGI dari unsur perempuan sekaligus salah satu pembicara dalam pelatihan ini, Pdt. Ira Imelda membawakan sesi bertajuk Women’s Leadership in the Church and Community: A Critical Feminist Perspective. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa kepemimpinan perempuan berakar pada kesadaran diri, keberanian untuk menghadapi ketidakadilan, dan komitmen terhadap transformasi sosial. Ia juga menggarisbawahi bahwa meskipun perempuan telah memainkan peran signifikan dalam kehidupan Gereja, pengakuan terhadap kontribusi mereka masih terhambat oleh kuatnya dominasi sistem patriarki.

Sementara itu, dalam sesi Recognizing Women’s Potential Leadership in Asia, Pdt. Mariska Lauterboom mengajak peserta untuk membuka mata terhadap potensi kepemimpinan perempuan di tengah budaya Asia yang masih dibayangi stereotip gender. Ditegaskan bahwa kepemimpinan sejati bukan sekadar kemampuan untuk mengarahkan, melainkan tentang membangun koneksi yang sacral dengan diri sendiri, dengan komunitas, dan dengan panggilan pelayanan. Kepemimpinan perempuan, menurutnya, adalah perjalanan spiritual yang menuntut keberanian, kepekaan, dan komitmen untuk menghadirkan perubahan yang bermakna.

Dalam pelatihan ini, Rev. Juliet Solis dari Filipina menegaskan bahwa perempuan bukan sekadar korban dalam situasi konflik, melainkan agen perdamaian yang aktif dan visioner. “Ketika perempuan dan laki-laki berjalan bersama dalam semangat kasih dan keadilan, perdamaian bukan lagi impian, melainkan kenyataan yang hidup di tengah dunia,” ujarnya penuh keyakinan. Ia mengingatkan bahwa gender bukan hanya soal jenis kelamin, tetapi tentang konstruksi sosial yang seringkali menempatkan perempuan dalam beban ganda—namun justru dari sanalah lahir kekuatan untuk menjaga kehidupan dan menumbuhkan rekonsiliasi.

Di sisi lain, Juwita Hayyuning Prastiwi dalam sesi Women’s Leadership and Representation menyoroti pentingnya keterwakilan perempuan dalam ranah politik, baik secara deskriptif karena perempuan adalah separuh dari populasi maupun secara substantif, karena hanya perempuan yang dapat menyuarakan pengalaman dan kepentingannya sendiri. Ia menekankan bahwa kehadiran perempuan sebagai agen perubahan membutuhkan reformasi kelembagaan yang inklusif serta dukungan sosial yang berkelanjutan, agar suara perempuan tidak hanya terdengar, tetapi juga berdaya mengubah arah pembangunan.

Di balik sesi-sesi reflektif dan diskusi yang mendalam, peserta pelatihan ini diberi kesempatan untuk menyelami realitas langsung melalui kunjungan ke Pesantren Rakyat dan RUMPUN (Ruang Mitra Perempuan) di Malang. Dari ruang-ruang sederhana namun penuh makna itu, mereka belajar bahwa kepemimpinan perempuan bukan sekadar soal jabatan, melainkan tentang keberanian menciptakan perubahan yang berpihak pada yang terpinggirkan.

Program Women Leadership and Political Education menjadi penegasan bahwa gereja dipanggil untuk menjalankan tanggung jawab profetis, untuk menumbuhkan pemimpin-pemimpin perempuan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakar dalam kasih, keadilan, dan kemanusiaan. Dengan demikian, di tengah perubahan dunia yang cepat dan penuh tantangan, suara perempuan diharapkan tumbuh dan menjadi penggerak untuk terus maju, memimpin dengan kasih, dan membawa terang bagi masyarakat dan dunia.

Berikan Komentar

Alamat email anda tidak akan dipublish, form yang wajib diisi *

Komentar *
Nama Lengkap *
Email *
Website
(optional)

Berita & Peristiwa
TAB Angkatan VI Goes to Yogyakarta: 30 Pemuda Multikultural Dilatih Me...
by admin 26 Nov 2025 01:24

YOGYAKARTA.PGI.OR.ID – Sebanyak 30 pemuda dari berbagai latar belakang agama, kepercayaan, dan budaya berkum...

Kick Off Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak 2...
by admin 24 Nov 2025 14:23

JAKARTA,PGI.OR.ID-Dunia kembali diingatkan untuk membangun solidaritas dalam rangka melawan segala bentuk keke...

Refleksi Kemanusiaan: Ajakan dari Kedalaman Nurani

Lembang, 21 November 2025 – Di aula Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB) Lembang, tempat berlangsungnya sem...