Ziarah Oikoumenis: Mengingat Kembali dan Merefleksi Perjalanan Tokoh Gereja di Jawa Timur

JAWA TIMUR,PGI.OR.ID-Ziarah oikoumenis yang dilaksanakan dalam rangka HUT ke 75 PGI, kini bergulir ke Jawa Timur, untuk mengingat kembali, serta merefleksikan perjalanan tiga tokoh gereja yang telah menyebarkan kabar baik di daerah itu, Johannes Emde, Pdt. Sri Wismoady Wahono, dan DR. B.M. Schuurman.
Kedatangan rombongan MPH-PGI bersama Panitia HUT ke 75 PGI ke Jawa Timur disambut hangat oleh pimpinan Sinode Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), pengurus Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Setempat (PGIS) Kota Malang dan Kota Batu.
Pada kesempatan itu, Ketua Sinode GKJW) Pdt. Natael Hermawan Prianto menyampaikan terima kasih dan menjadi kehormatan bagi GKJW dengan adanya kunjungan ziarah oikoumenis ke Jawa Timur, termasuk kegiatan lainnya yang telah dirancang oleh panitia. “Semoga kegiatan ini menjadi salah satu cara untuk meneruskan semangat oikoumenis yang telah digaungkan oleh PGI,” ujarnya.
Di akhir ziarah, Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn F. Manuputty menyampaikan sambutan penutup yang menegaskan, bahwa bertumbuhnya penginjilan di tempat-tempat yang terpencil sekalipun, dimulai dari keputusan-keputusan gila yang dilakukan oleh banyak penginjil di awal masa pekabaran Injil. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa Injil tidak hanya dihidupi dengan kata-kata tetapi dengan tindakan dan sikap.
“Karena itu setiap kali berziarah, kita diingatkan seberapa bertumbuh subur dan berbuahnya penginjilan yang kita warisi saat ini,” tandasnya.
Johannes Emde adalah salah satu tokoh penting yang menjadi cikal bakal Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Ia lahir di Schmilinghausen, sebuah desa kecil di Bad Arolsen, negara bagian Hessen, di Jerman Tengah, pada 18 Desember 1774. Ia datang di Nusantara (Indonesia, ketika itu) pada 1802. Di Nusantara, awalnya ia bekerja sebagai serdadu untuk mengawal kapal-kapal pejabat perdagangan, khususnya di wilayah perairan Kalimantan Selatan, Banjarmasin dan sekitarnya.
Pada 1809 ia berhenti dari serdadu kemudian tinggal menetap di Surabaya. Di Surabaya ia bekerja sebagai reparasi arloji. Pada 4 Agustus 1811, Johannes Emde menikah dengan seorang perempuan Jawa bernama Amarantia Manuel dan mempunyai seorang anak perempuan bernama Johanna Wilhelmina Emde.
Di Surabaya ia membentuk kelompok bagi orang-orang yang memperhatikan hidup beragama, kelompok itu diberi nama Orang Saleh Surabaya. Selain bekerja, sehari-harinya ia juga mengabarkan Injil kepada orang Jawa dengan cara membagikan traktat/brosur yang berisi tulisan dari isi Alkitab. Brosur/traktat ditulis dalam huruf Jawa.
Pada 1843, tepatnya 11 Desember, ia dengan kelompoknya berhasil dan membawa 35 orang Jawa dibaptis di Gereja Protestan Surabaya. Setelah peristiwa pembaptisan itu, ia tetap rajin mengabarkan Injil dengan menggunakan berbagai cara antara lain, penyelenggaraan pendidikan, melayani orang penyandang sakit kusta, dll. Ia mempertahankan kelompoknya itu, hingga kemudian hari kelompok itu akhirnya menjadi cikal bakal Pasamuwan Surabaya.
Emde meninggal dunia pada 20 April 1859 di Surabaya, dimakamkan di pemakaman Penilih Surabaya di Blok B No. 105. Didalam makam tersebut berisi tiga jenazah yaitu, Johannes Emde, Johana Wilhelmina Emde (anaknya yang meninggal pada 21 November 1877), dan Mary Elisabeth Brown (isteri dari salah satu anggota kelompok OSS, J.L.Zange).
Disebabkan oleh adanya isue bahwa, makam Penilih akan dibongkar oleh Pemerintah Kota Surabaya akan diubah peruntukannya, maka GKJW berinisiatif memindahkan makam J. Emde ke pemakaman Kristen Sukun Malang.
Pdt. Sri Wismoady Wahono adalah seorang pendeta dan profesor dalam ilmu teologi di Indonesia. Ia lahir di Wanareja, Asembagus, Situbondo, 1 Januari 1944. Setelah menamatkan Sekolah Guru Atas (SGA) Bondowoso (1963), ia kuliah Teologi di STT Jakarta lulus mendapat gelar Sarjana Theologi pada 1969. Selanjutnya, Wismoady melanjutkan study S3 (1971-1974), dan mendapat gelar Ph.D di bidang Perjanjian Lama dari The University of Edinburgh, Scotland, U.K.
Setelah itu, ia menjalani masa vikar pada 1975 di GKJW Jemaat Malang, kemudian ditahbiskan sebagai Pendeta GKJW. Sejak 1978, Wismoady ditugaskan oleh GKJW menjadi dosen di STT Jakarta. Sejak Juni 1985 diangkat sebagai Guru Besar bidang study Perjanjian Lama pada STT-Jakarta.
Kiprahnya dalam lintas iman, antara lain bergabung dalam sebuah grup diskusi kebangsaan (Indonesia), yang beranggotakan antara lain Dr. Sarlito Wirawan (Psikolog), Gde Gedong Oka dari Bali, Romo Mangun, Johan Efendi, dan KH Abdurahman Wahid. Meskipun Anggota Grup/kelompok diskusi ini berbeda iman kepercayaan, namun mereka terbuka dan akrab satu sama lainnya. Secara khusus, Wismoady mempunyai persahabatan yang baik dengan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, sehingga karena persahabatan itulah, Wismoady mengundang Gus Dur ke Balewiyata untuk memberikan kursus/kuliah dasar kepada para Pendeta GKJW.
Setelah menyelesaikan tugasnya di STT Jakarta, Wismoady kembali ke Malang dan diangkat sebagai Direktur IPTh Balewiyata sekaligus menjadi sekretaris Dewan Pembinaan Theologi. Pada tahun 19892, Wismoady terpilih menjadi Ketua Majelis Agung. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Universitas Kristen Satya Wacana, sebagai moderator Unit Program Teologi dari Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan sebagai anggota Majelis Pekerja Harian PGI (2000-2005). Pdt. Sri Wismoady Wahono wafat pada 28 September 2002 di Den Haag, Belanda.
B.M. Schuurman lahir pada 10 April 1889 di kota Enschede, Belanda. Anak ketiga dari seorang pendeta Gereformeerd di Kota kecil Kampen, Belanda. Pada 1909 menempuh studi teologia di Vrije Universiteit Amsterdam. Oleh Gereja Gereformeerd ia ditunjuk sebagai Pendeta missioner dan ditugaskan ke Wonosobo, Jawa Tengah. Hatinya terpikat untuk memberitakan Injil di seluruh dunia.
Untuk tugas itu ia mempelajari bahasa Jawa dan bahasa Melayu dan ilmu agama-agama di Leiden. Namun karena pergumulan batinnya mengenai hal-hal iman, akhirnya pada 1920 ia memutuskan dan menetapkan diri masuk menjadi zendeling di Badan Zending Nederlands Zendeling Genootschap (NZG). Pada 13 Juli 1921 ia ditahbiskan sebagai utusan Zending di Rotterdam. Pada bulan Januari 1922 ia menikah dengan Hester Nijhoff.
Atas permintaannya sendiri ia diutus ke Jawa, pada April 1922. DR. B.M. Schuurman tiba di Pulau Jawa. Bersama dengan isterinya ia menekuni bahasa Jawa, mula-mula selama 6 bulan di Batavia dibawah bimbingan Kats dan Koesrien dan kemudian selama 2 bulan di rumah H. Kraemer di Yogyakarta. Bersama dengan H. Kraemer di Yogya ia mempelajari kehidupan khas Jawa, menggali bahasa, watak, pandangan dunia dan perasaan orang Jawa.
Bagi kedua orang ini melakukan hal itu merupakan kenikmatan tersendiri, karena hal itu merupakan tugas yang tidak terpisahkan dari sifat dan tujuan tugas Pekabaran Injil. Oleh dorongan batinnya untuk mengabarkan Injil kepada orang Jawa, ia berusaha sepenuh hati untuk menguasai pengetahuan batiniah tentang hakikat dan kehidupan orang Jawa. Pada 1926 Schuurman mulai bertempat di Malang dan bersama dengan zendeling C.W. Nortier memimpin Sekolah Balewijata.
Kegiatan ziarah oikoumenis berlangsung khidmat dan penuh makna, sekaligus menjadi momen penting untuk mengenang dan menghidupi kembali semangat melayani para tokoh gereja yang telah mendarmabaktikan hidupnya bagi pekabaran Injil di Jawa Timur.