Pesan Bulan Oikoumene PGI 2014

PGI – Jakarta. Setiap tahun bulan Mei ditetapkan PGI sebagai Bulan Oikoumene. Penetapan ini terkait dengan hari kelahiran Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) yang sekarang telah diubah menjadi satu Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Pada tahun ini, pesan Bulan Oikoumene telah disampaikan Majelis Pekerja Harian PGI kepada seluruh umat Kristen Indonesia dalam lingkup gereja-gereja anggota PGI.

Pesan Bulan Oikoumene PGI 2014
Menghadirkan Syalom Allah di Tengah Proses Demokrasi Bangsa
(Bdk. 1 Petrus 3: 8 – 12)

 

Saudara-saudari Warga Gereja yang dikasihi Yesus Kristus!

Salam sejahtera,

  1. Pada Mei  2014 ini, kembali kita memasuki Bulan Oikoumene. Sebagaimana biasa, gereja-gereja di Indonesia bersama-sama merayakan bulan Mei sebagai Bulan Oikoumene, sebagai salah satu bentuk ungkapan syukur atas perjalanan bersama dalam wadah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), yang lahir 25 Mei 1950, yang awalnya bernama Dewan Gereja-gereja di Indonesia.  Pujian dan syukur  patut kita panjatkan atas kasih dan kemurahan Tuhan kita Yesus Kristus, yang bukan saja telah menyertai kita memasuki bulan Oikumene 2014 ini, tetapi yang juga telah mengingatkan kita akan tonggak bersejarah yang sangat penting dan mendasar tentang komitmen dan tekad gereja-gereja mewujudkan Gereja Kristen yang Esa (GKYE).  Sebelum DGI (yang sekarang disebut PGI) berdiri, gereja-gereja di Indonesia telah hadir dalam keanekaragaman dan berjalan sendiri-sendiri. Dimulai dari gereja-gereja suku, dengan latar belakang sejarah pendirian yang berbeda-beda, pada akhirnya gereja-gereja bertekad untuk membuka diri satu sama lain dan berusaha menampilkan kesatuan yang utuh dalam arak-arakan gerakan oikoumene dalam dan melalui lembaga Oikoumenis Nasional: PGI. Gereja-gereja di Indonesia bertekad untuk memandang perbedaan-perbedaan yang ada bukan sebagai hal yang harus dipertentangkan, melainkan sebagai kekayaan spiritual bersama, yang memperkuat kesaksian dan pelayanan gereja agar dunia percaya. Hal ini seturut dengan doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:21: “……supaya mereka semua menjadi satu…..supaya dunia percaya”. Dengan demikian, kesatuan yang nampak ini dapat memperkuat kesaksian dan pelayanan gereja  dalam mewujudkan damai sejahtera di tengah-tengah bangsa Indonesia.    Dalam perjalanan oikoumenisnya sampai dengan usia yang ke 64 tahun ini, 88 sinode gereja yang bukan saja berlatar belakang keanekaragaman suku, namun juga keanekaragaman denominasi dan tradisi, bergabung dalam PGI.
  2. Tema Bulan Oikoumene 2014 kali ini dilatarbelakangi dan diinspirasikan oleh dinamika tahun politik Indonesia. Seperti telah kita ketahui bersama, tahun 2014 merupakan tahun perhelatan pesta demokrasi bangsa, di mana Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden digelar. Rakyat Indonesia kembali berada dalam suatu titik untuk menentukan nasib bangsa  melalui peran sertanya dalam menentukan format kepemimpinan bangsa ke depan. Pemilu Legislatif sudah digelar dengan hasil yang sudah kita lihat bersama. Pesan Pastoral PGI yang ditujukan kepada Umat Kristiani di Indonesia dalam kaitan dengan Pemilihan Calon Anggota Legislatif sudah disebarluaskan, dan dalam waktu dekat PGI pun akan mengeluarkan Pesan Pastoral terkait Pemilihan Presiden. Perjuangan demokrasi ini masih panjang, karena beberapa bulan ke depan pemilihan untuk Presiden dan Wakil Presiden akan digelar. Dalam segala konstelasi yang ada, maka etika demokrasi bangsa diuji. Sebagai bagian dari komponen bangsa Indonesia, itu berarti, sikap dan etika gereja-gereja dalam proses demokrasi ini juga diuji. “Menghadirkan Syalom Allah di Tengah Proses Demokrasi Bangsa”  dijiwai oleh Firman Tuhan dari 1 Petrus 3:8-12 yang memberitakan tentang kasih dan damai. Ketika umat dari gereja Tuhan diperhadapkan kepada keragaman perspektif dan pilihan dalam kaitan dengan pesta demokrasi, maka bisa jadi, gereja berada dalam titik rawan perbedaan kepentingan.  Dalam pada itu, bisa jadi warga gereja pun banyak juga yang bukan saja menjadi pemilih, tetapi juga menjadi anggota legislatif yang memiliki beban untuk menyukseskan pilihan-pilihan politis dari partai politik yang diusungnya. Dalam situasi ini friksi-friksi dapat saja terjadi bahkan dalam tubuh gereja sendiri. Maka,  pesan Rasul Petrus dalam bagian Alkitab ini sangat tegas “hendaklah kamu… mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati… janganlah membalas… caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil…” (lihat ayat 8-9). Nasihat ini sejalan dengan pemberitaan Rasul Paulus dalam Roma 12:17-18  yang menekankan pentingnya melakukan dan mengupayakan kebaikan bagi semua orang.  Bahkan Petrus juga kembali menegaskan dalam ayat 11, bagaimana umat dalam situasi dan kondisi apapun harus konsisten menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik. Tidak cukup sampai di situ saja. Umat pun diminta untuk mencari perdamaian dalam setiap situasi mereka dan bahkan berusaha mendapatkannya.  Dalam salah satu tafsirannya terhadap nats ini Yohanes Calvin memberi penekanan sedemikan sehingga dalam hal melakukan yang baik dan mencari perdamaian, maka tidak cukup untuk “memeluk” hal itu pada waktu kebaikan itu ditawarkan kepada kita, tetapi harus “dikejar” pada waktu kebaikan itu lari dari kita atau jauh dari realitas kita. Artinya, menghadirkan Syalom Allah di tengah-tengah realitas bangsa Indonesia, bukan lagi menjadi sebuah keniscayaan, tetapi sudah menjadi panggilan dan tanggung jawab yang hakiki dalam kehidupan gereja Tuhan.
  3. Dalam konteks Bulan Oikoumene di tengah proses demokrasi bangsa, pertanyaan bagi kita semua adalah apakah bangsa Indonesia sudah cukup dewasa dalam menjalankan praktik demokrasi dalam berbagai aspeknya. Apalagi pesta demokrasi ini digelar dalam situasi bangsa yang masih dalam pergulatan untuk penegakan keadilan, kejujuran, pemberantasan korupsi dan masalah-masalah sosial lainnya, di mana Indonesia masih berputar dalam labirin perlunya penegakkan hukum yang konsisten di segala bidang. Yang juga sangat perlu disoroti adalah perhatian di bidang pendidikan anak bangsa. Pemahaman tentang etika politik dan demokrasi, keadilan dan perdamaian, sejatinya ditanamkan sejak dini dalam diri setiap pribadi masyarakat Indonesia. Salah satu kunci dari perwujudan proses ini adalah pendidikan yang memadai dan terarah. Pendidikan multikultural untuk mengenal dan menghargai keragaman, pendidikan politik warga gereja dan bahkan pendidikan dalam jalur formalnya perlu mendapatkan perhatian khusus. Gereja  pun diminta memberi perhatiannya pada hal ini. Pendidikan yang baik menanamkan pada diri seseorang untuk merawat keragaman, mengedukasi masyarakat untuk menyalurkan dan menyampaikan aspirasi politiknya secara santun dan etis. Dalam pada itu, gereja di mana pun berada diminta sumbangsihnya untuk memberi landasan moral dan etik yang kuat bagi umat-Nya, agar dalam praktek demokrasi bangsa, warga gereja sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dapat menegakkan prinsip-pinsip kejujuran, kebenaran dan keadilan di mana dan bagaimanapun mereka berperan serta berpartisipasi.

Pada saat yang sama, Bulan Oikoumene kali ini merupakan Bulan Oikoumene terakhir menuju Sidang Raya PGI ke XVI yang akan diselenggarakan di Nias pada 11-17 November 2014 yang akan datang. Gereja-gereja kembali diuji apakah benar-benar mendengarkan suara Roh Kudus di dalam menetapkan visi dan misi gereja-gereja, serta pemilihan kepemimpinan PGI untuk periode 2014-2019. Perjalanan dalam arak-arakan gerakan Oikoumenis ini masuk ke dalam babakan baru di mana proses kaderisasi, revitalisasi visi dan misi PGI serta formasi kepemimpinan dalam penatalayanan dalam wadah ekumenis akan sama-sama digumuli oleh gereja-gereja di Indonesia.   Karenanya nasihat Rasul Petrus dalam 1 Petrus 3:8 -12 ini menjadi semakin relevan dan terus bergema dalam gerak langkah gereja-gereja di Indonesia.

Ijinkanlah pada kesempatan Bulan Oikoumene ini, kami mengajak gereja-gereja di Indonesia untuk:

Pertama, terus-menerus tanpa mengenal lelah semakin memperkuat persekutuan antara lain melalui wadah PGI dan juga mitra-mitra gereja interdenominasi agar secara bersama-sama dengan tidak jemu-jemu mewujudkan GKYE di Indonesia.

Kedua, terus berkomitmen, bertekad dan melakukan proses pendidikan politik bagi warga gereja agar pondasi moral dan etis dapat terus ditegakkan dalam kehidupan umat, sehingga, dalam konstelasi bangsa di tahun politik ini, gereja menjadi agen penegakan perdamaian, keadilan, kejujuran, dan kebenaran.

Ketiga, memantapkan langkah bersama dalam proses revitalisasi visi dan misi gerakan Oikumenis dengan cara terus bersemangat dan antusias menyongsong serta menyukseskan Sidang Raya PGI XVI yang akan datang dalam semangat menghadirkan Syalom Allah di negeri kita.

 

Tuhan kiranya memberkati segala upaya kita dalam mewujudkan keesaan gereja-gereja Tuhan di Indonesia

Akhirnya marilah kita mengamini Firman Tuhan dengan  menggemakan  nasihat dari Rasul Paulus:

“Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” (Roma 12: 17-18)

 

Selamat merayakan Bulan Oikoumene!

Jakarta, 11 April 2104

Pdt. Dr. A. A. Yewangoe            Pdt. Gomar Gultom, M.Th.

  Ketua Umum                             Sekretaris Umum

Icon PDF Download

 

Unduh Pesan Bulan Oikoumene PGI 2014

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*