Webinar Peran Gereja dan Penanggulangan Bencana di Tengah Kondisi Adaptasi Covid 19
JAKARTA,PGI.OR.ID-Jaringan Komunitas Kristen untuk Penanggulangan Bencana di Indonesia (JAKOMKRIS PBI) menginisiasi webinar bertajuk Peran Gereja dalam Penanggulangan Bencana di Indonesia dalam Kondisi Adaptasi Covid 19, pada Selasa (29/9). Pemantik seminar, Deputi Pencegahan BNPN Lilik Kurniawan, Sekum PGI Pdt. Jacklevyn F. Manuputty, dan Ketua Sinode GBKP Pdt. Agustinus Purba.
Menurut Lilik Kurniawan, selama periode 1 Januari-28 September 2020, telah terjadi 2.123 peristiwa bencana alam di Indonesia, yang mengakibatkan 86 orang meninggal, 4.477.563 orang menderita dan mengungsi, 25 orang hilang, serta 450 orang luka-luka. Bencana alam yang kerap terjadi yaitu banjir, puting beliung, dan tanah longsor.
“Sebab itu, sebagai negara rawan bencana, kita harus selalu waspada bencana. Kalau kita tidak melakukan apa-apa, masyarakat menjadi korban dan kerugian serta kerusakan akibat bencana akan terus meningkat. Kita harus melakukan adaptasi, dan harmonisasi dengan bencana,” katanya.
Menyikapi bencana, lanjut Lilik, BNPB telah menyiapkan progam pencegahan untuk periode 2020-2024. Program tersebut diantaranya penguatan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah, penguatan struktur buatan dan vegetasi dalam mitigasi, bencana melalui infrastruktur tangguh bencna, penguatan budaya sadar bencana, dan penguatan sistim peringatan dini.
Sementara itu, menilik peran gereja, Pdt. Jacklevyn F. Manuputty menuturkan, kapasitas gereja adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki gereja baik jemaat, keluarga maupun masyarakat yang membuat mampu mencegah, mengurangi, siap siaga, menangapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.
Dari pengalaman tanggap bencana PGI yang selama ini telah dilakukan, diidentifikasikan kapastias yang dimiliki oleh PGI/gereja anggota yaitu jaringan PGI di seluruh wilayah Indonesia, tingginya solidaritas warga gereja, kemitraan/jejaring PGI dengan pihak lain, relawan kemanusiaan, Unit Pengurangan Resiko Bencana (PRB) gereja anggota PGI jejaring gereja untuk pemulihan ekonomi, gereja sebagai posko, gereja sebagai pusat pemulihan jiwa, dan gereja sebagai pusat informasi bencana.
Sedangkan strategi PGI dalam pengurangan resiko bencana seperti termuat dalam Program Kerja Lima Tahun (PROKELITA) PGI 2020-2040 meliputi, pertama, optimalisasi kelembagaan pengurangan resiko bencana Gereja-gereja di Indonesia. Kedua, pengembangan kapasitas jejaring dan system pendukung upaya pengurangan resiko bencana. Ketiga, pengembangan komunikasi, informasi dan edukasi kebencanaan di kalangan Gerja-gereja di Indonesia. Keempat, efektifitas mitigasi dan pencegahan, emergency response dan post disaster pada situasi dan kondisi tertentu.
Pada kesempatan itu, Pdt. Agustinus Purba berbagi pengalaman Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dalam menghadapi bencana alam. Menurutnya, respon yang dilakukan hanyalah berdasarkan pengalaman. Pada pra tsunami 2004, GBKP lebih berpartisipasi melalui donasi. Namun kemudian membentuk Komisi Penanggulanga Bencana yang menjadi unit pelayanan dalam struktur GBKP, dengan merekrut para pemuda menjadi ASIGANA. Dan, sejak 2010 hingga saat ini merespon erupsi Gunung Sinabung. GBKP juga membentuk pemberdayaan komisi berbasis jemaat.
Menurutnya, tugas gereja dalam panggilan kemanusiaan khususnya dalam konteks kebencanaan adalah untuk menyatakan penghargaan atas karya agung Tuhan terhadap manusia ciptaanNya, sebagai “citra Tuhan,” mahkluk istimewa di mata Tuhan.
Terkait respon GBKP terhadap pandemi Covid 19, Pdt. Agustinus menegaskan, GBKP menyikapnya dengan pendekatan kritis mengacu kepada himbauan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Juga membuat surat pengembalaan dan buku saku panduan adaptasi kebiasaan baru untuk menjalankan ibadah dan kegiatan pelayanan lainnya.
Selain itu, juga melaksanakan aksi solidaritas dalam kegiatan diakonia untuk meminimalisasi perkembangan pandemic dan membantu masyarakat yang sangat tedampak khususnya di bidang kesehatan dan ekonomi. Juga menciptakan pasar alternatif melalui digital market “TIGATA”.
Pewarta: Markus Saragih