Tiga Dalam Satu Spirit: Nyepi, Idul Fitri dan Paskah

Oleh: Rudy Rahabeat
Hari raya keagamaan merupakan momen perenungan dan kontemplasi. Siapa kita, mengapa kita ada dan mau ke mana kita melangkah? Ini tiga pertanyaan eksistensial yang dijawab tiap insan dengan beragam sudut pandang. Kita adalah manusia yang rapuh, begitu kata seorang sahabat. Kita adalah gambar Allah (imago dei) kata orang Kristiani. Kita adalah musafir kata saudara Muslim. Kita adalah apa adanya kita, kata sang filsuf. Apapun itu, kita adalah manusia yang punya kelebihan dan keterbatasan.
Pertanyaan mau ke mana kita melangkah tentu berkaitan dan eksistensi kita di dunia dan keyakinan tentang hidup yang melampaui dunia. Surga, nirwana, firdaus adalah konsep yang merujuk pada keakanan. Dunia yang ada kini tidak abadi. Olehnya kita tidak hanya melangkah ke masa depan di bumi, tetapi kita melangkah menuju kekekalan. Di sini, agama-agama menawarkan jalan menuju kekekalan itu. Selain mengajarkan cara hidup yang baik dan benar di bumi ini.
Tanggal 29 Maret 2025 umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947. Hari Raya Nyepi dapat diartikan sebagai hari penyucian diri manusia dan alam. Saat Hari Raya Nyepi Umat Hindu melakukan “Catur Brata Penyepian “. Catur Brata Penyepian merupakan sebuah ritual tahunan yang memiliki spirit kultural, yaitu, Amati Karya (tidak bekerja), Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Lelungaan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang) (Meta AI). Semua langkah ini agar manusia dan semua makluk mengalami bahagia.
Tanggal 31 Maret/1 April 2025 umat Muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Setelah sebulan berpuasa melawan berbagai hawa nafsu diharapkan hadir sosok yang fitri, yang makin selaras dengan kehendak Ilahi. Setelah sebulan berpuasa, ada energi terbarukan untuk melangkah memaknai hidup di bumi dan mendapat kekuatan untuk melangkah menuju Surga. Menurut Quraish Shihab, Idul Fitri memiliki makna “kembali kepada kesucian” atau “kembali kepada fitrah”, yaitu keadaan manusia yang suci dan bebas dari dosa, setelah sebulan berpuasa. Semoga segala sesuatu makin maslahat.
Tanggal 20 April 2025 umat Kristiani merayakan Paskah, kebangkitan Yesus Kristus. Sebelumnya tujuh minggu menghayati arti penderitaan Yesus, umat Kristiani membangun tekad untuk hidup meneladani jalan Kristus, yakni rela berkorban, sabar, tekun, taat dan setia, saling mengasihi dan merawat alam semesta dari ancaman kehancuran. Paskah menjadi momentum untuk bangkit dari keterpurukan, bangkit melangkah ke masa depan yang penuh harapan. Kristus bangkit, jalanilah hidupmu dengan tidak gentar (tema Paskah GPM 2025). Damai Sejahtera Kristus di Tengah Keluarga (tema Paskah PGI 2025).
Tiga hari raya keagamaan membawa spirit yang sama, manusia dan alam berbahagia. Bahagia di bumi, bahagia di surga. Di tengah konteks global yang guncang, kondisi nasional yang tidak baik-baik saja, khususya terkait kebijakan efisiensi dan atau relokasi anggaran, kita membutuhkan energi dari agama-agama untuk tetap eksis. Tentu agama-agama yang dimaksud adalah yang tidak terjebak dalam kepentingan sempit, bukan agama-agama yang merasa lebih segala dari segala. Tetapi agama-agama yang rendah hati, yang terbuka untuk saling merangkul dan berjalam bersama (sinodalitas).
Agama-agama yang tetap memiliki sikap kritis dan profetis, yang membawa harapan di tengah kenyataan-kenyataan yang pahit, membangun solidaritas dan belarasa dengan semua ciptaan dalam memaknai ziarah hidup di dunia yang sementara ini. Tiga hari raya keagamaan, dapat menjadi momentum untuk bangkit, tercerahkan dan sejahtera bersama.
Penulis, Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM).