Semiloka Teologi dan Penjemaatan DKG Wilayah Sumut Serukan Pertobatan Ekologis dan Hentikan Pencemaran Danau Toba

MEDAN,PGI.OR.ID-Bertempat di Universitas HKBP Nommensen UHN) Medan, Sumatera Utara (Sumut), sejak 21-22/3/2025, dilaksanakan kegiatan Semiloka Teologi dan Penjemaatan Dokumen Keesaan Gereja (DKG), sebagai bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-75 PGI.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Ketua Umum PGI, Pdt Jacklevin F Manuputty, dan diikuti perwakilan sinode dan PGIW di wilayah Sumut ini, mengusung tema Kesatuan Tubuh Kristus yang Tangguh dan Relevan, serta sub-tema Mengurai Polycrisis: Menjadi Terang, Menyemai Harapan.
Membuka semiloka, Pdt. Jacklevyn F. Manuputty dalam sambutannya memberikan review bagaimana DKG 2024-2029 disusun, dan penekanan pentingnya merespons polycrisis sebagai cara tubuh Kristus untuk menjadi tangguh, dan relevan (tema HUT ke-75 PG).
Sedangkan dalam pengantarnya SE KPG PGI, Pdt. Muliathy Briany menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk menginformasikan bahwa semiloka sekaligus penjemaatan DKG ini didesain dengan melibatkan 2 pemangku kepentingan yang sangat strategis untuk merespons polycrisis, yakni gereja dan sekolah-sekolah tinggi keagamaan milik gereja.
Pdt. Dr. Zakaria J. Ngelow dalam paparannya bertajuk Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) dalam Pembangunan Kehidupan Bergereja dan Berjemaat menguraikan bahwa dasar pemikiran PBIK 2024 adalah sejarah dan tekad bersekutu. Mengikuti alur Sejarah iman gereja sejak Pengakuan Nicea Konstantinopel dan Pengakuan Iman Rasuli.
Selain itu, perjalanan bersama dalam kerapuhan. Berupaya ditengah keterbatasan dengan meningkatkan wadah gerakan dari Dewan menjadi Persekutuan, serta Rumusan Baru dan Tema PBIK: penekanan pada panggilan keesaan Gereja sebagai partisipasi dalam persekutuan dan misi Allah Trinitas.
Diakhir paparannya, dia menegaskan PBIK dimaksudkan menjadi landasan doktrinal dan motivasi teologis dalam menjalani panggilan dan tugas Gereja dalam konteks yang terus berubah. PBIK perlu dipelajari oleh gereja-gereja anggota PGI, melalui studi kritis di lembaga-lembaga pendidikan dan pengembangan teologi Kristen, dan dalam pelayanan serta pembinaan warga Gereja.
Menyoroti isu lingkungan, Ephorus HKBP Pdt. Dr. Victor Tinambunan mengemukakan pemikirannya lewat materi bertajuk Mendengar dan Merespon Jeritan Bumi Sumatera Utara. Dia mengingatkan agar bagaimana kehadiran gereja-gereja, menjadi bagian dari solusi terhadap berbagai persoalan, bukan malah memperparah atau bahkan menjadi sumber persoalan.
Pdt. Victor Tinambunan mengungkapkan sejumlah tantangan umat Kristen di Sumatera Utara, yaitu berkembangnya atheisme di kalangan mereka yang berpendidikan, tingginya kasus narkoba, serta bencana yang beruntun terjadi akibat ulah manusia.
Merespon persoalan ini, HKBP melibatkan gereja-gereja untuk melakukan gerakan bersama. “Rapat Praeses dan MPS HKBP 2025 HKBP telah memutuskan untuk berjuang agar tano Batak bebas dari narkoba, judi, human trafficking, dan kerusakan alam. Sebab itu kami kerjasama dengan gereja-gereja, audiensi dengan menteri, pangdam, kapolda, kadis LHK, telpon Kapolri, ibadah bersama dan mendeklarasikan Tapanuli bebas narkoba, judi, human trafficking, dan kerusakan alam,” ujar pria yang juga Ketua PGIW Sumut ini.
Narasumber lain, Pdt. Tuhoni Telaumbanua PhD. Dalam materinya bertajuk Merespon Krisis Pendidikan, diuraikan bahwa jumlah guru menurut kualifikasi, sudah di atas rata-rata 90an. Tetapi persoalannya adalah ketidakmerataan antara kota dan desa, antara Jawa dan di luar Jawa, antara negeri dan swasta. Meskipun telah terjadi peningkatan jumlah guru, distribusi guru yang ideal dan menyeluruh masih menjadi tantangan pembangunan pendidikan di Indonesia. Hal tersebut berdampak pada beban kerja guru yang berbeda-beda di setiap daerah.
Menurutnya, kualitas guru menjadi faktor kritis dalam krisis pendidikan. Banyak guru tidak menguasai materi yang diajarkan. Sistem rekrutmen dan pengembangan profesionalitas belum optimal, serta sistem kesejahteraan yang masih rendah.
Di tengah krisis tersebut, lanjut Pdt. Tuhoni Telaumbanua, dibutuhkan transformasi dan memperkokoh kolaborasi. Dibutuhkan Kemitraan Tiga Pilar, yaitu pemerintah, sekolah, dan keluarga perlu bekerja sama. Tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama, perlunya Komitmen Jangka Panjang, dan Investasi Strategis.
Menyinggung partisipasi gereja, mantan Ephorus BNKP ini menegaskan, gereja terpanggil untuk tetap melihat pelayanan pendidikan sebagai tugas panggilan gereja. Pelayanan pendidikan adalah wujud partisipasi gereja dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Sekolah asuhan Gereja/Yayasan Kristen terpanggil untuk mewujudkan pendidikan Kristen dalam rangka membantu peserta didik tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh yang mencerminkan manusia sebagai gambar Allah.
Khusus menyoroti Ecclesia Domestica, Pdt. Dr. Robert Benedictus didaulat untuk mengulas tema ini. Dalam materinya bertajuk Ecclesia Domestica (Gereja Rumah Tangga), dikatakan bahwa implikasi konsep Ecclesia Domestica membangun kualitas keluarga Kristen. Keluarga Kristen adalah unit dasar gereja, dimana anggota keluarga dapat mempraktekkan nilai nilai kristiani.
Selain itu, mengembangkan kualitas kepemimpinan Ayah dan Ibu menjadi pemimpin dalam keluarga, memimpin anggota keluarga dalam kehidupan Kristen, serta membangun komunitas Keluarga Kristen menjadi berkat di komunitas, membangun hubungan dengan sesama menjadi garam dan terang dunia.
Usai paparan materi, peserta serius menanggapi, dan mempertajam materi PBIK, serta memetakan polycrisis dalam konteks Sumatera Utara, dalam diskusi kelompok. PBIK sebagai landasan teologis bagi gerakan keesaan in Action semakin “mendarat” dalam gereja-gereja dan institusi pendidikan milik gereja dengan ide-ide RTL, dan rekomendasi di hari kedua.
Beberapa rekomendasi semiloka dibawa untuk dibagikan dalam pelayanan di Sumatera Utara misalnya menerapkan tema PBIK dalam pembinaan warga gereja dan kurikulum sekolah tinggi, kembali menjadikan keluarga sebagai jantung misi dan pendampingan bagi keluarga Kristen yang rapuh, pertobatan ekologis serta terus menyuarakan stop eksploitasi hutan, dan pencemaran Danau Toba.
Selain itu, mendorong peningkatan kualitas pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan gereja bagi masyarakat dan negara, advokasi bagi lembaga pendidikan yang terancam tutup dan masih banyak lagi.
GBI Rumah Persembahan sebagai tuan dan puan rumah acara ini, melayani ibadah penutup dengan semangat dan mendorong para gereja gereja di Sumatera Utara untuk semakin tangguh dan relevan di konteksnya, dengan mengingatkan para pelayan gereja, para pendidik untuk menjadi pohon yang baik yang menghasilkan buah yang baik (Matius 7:17).
Kegiatan serupa dijadwalkan akan dilaksanakan di wilayah lain seperti Sulawesi, Kalimantan, Ambon, Surabaya, dan Jakarta.