Semangat Belas Kasih Warnai Pembukaan Semiloka PRB PGIW Aceh

ACEH,PGI.OR.ID-Dalam semangat menghadirkan gereja yang peduli, tanggap, dan tangguh di tengah masyarakat yang rentan terhadap bencana, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) Aceh bekerja sama dengan Biro Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PGI menyelenggarakan Semiloka Pengurangan Risiko Bencana yang berlangsung dari 5 hingga 7 Juni 2025, bertempat di aula lantai 1 GPIB Banda Aceh.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Ketua PGIW Aceh, Pdt. Supardi M. Silitonga, S.Th., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran dan kehadiran gereja di tengah masyarakat, terutama dalam menghadapi realitas bencana. “Gereja tidak boleh menjadi menara gading yang jauh dari penderitaan umat. Kehadiran kita harus menjadi kekuatan, seperti Yesus yang hadir tanpa diminta—karena hatinya penuh belas kasih,” ujarnya.
Sebelum sambutan dari MPH PGIW Aceh, kegiatan dimulai dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Supardi sendiri. Dalam khotbahnya, ia mengangkat teladan Yesus yang tergerak oleh belas kasihan terhadap seorang janda yang kehilangan anaknya. “Belas kasih adalah kekuatan. Dalam pengurangan risiko bencana, firman Tuhan tidak cukup hanya diucapkan, tetapi harus dihidupi dan diwujudkan dalam tindakan nyata,” tegasnya.
Ia juga mengajak seluruh peserta untuk menjadikan pelayanan PRB sebagai bentuk marturia, kesaksian iman yang hidup dan aktif, terutama di tengah kondisi krisis.
Semiloka ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas gereja dan warga jemaat dalam memahami, mengelola, dan mengurangi risiko bencana secara partisipatif, berbasis iman, dan kontekstual, agar gereja mampu menjadi pelaku aktif dalam membangun komunitas yang tangguh bencana.
Lima tujuan khusus yang menjadi fondasi kegiatan ini adalah pertama, memberikan pemahaman teologis dan praktis tentang PRB dari perspektif gereja. Kedua, membekali peserta dalam memahami kajian risiko bencana dan sistem kesiapsiagaan di wilayah Aceh. Ketiga, memberikan pemahaman tentang konsep Gereja Tangguh Bencana. Keempat, melatih peserta dalam membangun sistem kesiapsiagaan di lingkungan gereja. Kelima, memberikan pemahaman tentang pelayanan kebencanaan yang inklusif, yang merangkul semua golongan.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan gereja-gereja anggota PGIW Aceh, mitra lintas iman, serta lembaga-lembaga kemanusiaan yang memiliki komitmen pada isu kebencanaan. Kehadiran peserta dari berbagai latar belakang menunjukkan semangat kolaboratif dan lintas batas dalam menghadapi tantangan kemanusiaan yang kompleks.
Semiloka PRB ini bukan sekadar forum pelatihan teknis, tetapi menjadi ruang perjumpaan iman, ilmu, dan aksi kasih. Dengan keyakinan bahwa belas kasih Kristus adalah kekuatan yang memampukan, PGIW Aceh menegaskan keterlibatannya dalam PRB sebagai panggilan iman untuk menjadi gereja yang tidak hanya bersuara, tetapi juga bertindak.