Sekjen WCC Ingatkan Panggilan Gereja Ditengah Situasi Bangsa Indonesia
JAKARTA,PGI.OR.ID-Transformasi politik yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini mendapatkan perhatian dari Dewan Gereja Se-dunia (World Council of Churches – WCC). Sekjen WCC Pdt. Prof. Dr. Jerry Pillay mengingatkan panggilan gereja ditengah kondisi bangsa Indonesia yang bisa berdampak kepada ketidakstabilan ekonomi, politik, pemerintahan, munculnya gerakan separatis, serta berbagai konflik yang mengancam demokrasi di negara ini.
“Gereja perlu terus memperjuangkan persatuan, keadilan sosial dan inklusifitas dalam upaya rekonsiliasi,” kata Jerry Pillay di acara Ibadah KKR dan Seminar Teologi bertajuk Proaktif Menghadirkan Kebaikan Allah bagi Semua (Matius 5”45), di Sopo Marpingkir HKBP, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, pada Jumat (2/2/2024).
Menurutnya situasi seperti ketidakadilan ekonomi mampu menggerakkan warga Kristen untuk dapat mengadvokasi mereka yang tertindas, mengalami ketidakadilan, dan terpinggirkan. “Gereja harus terlibat bagaimana membuat sistim ekonomi baru yang menyentuh orang-orang yang terpinggirkan, dan mewujudkan cinta kasih Kristus kepada mereka,” ujarnya.
Gereja di Indonesia, lanjut Pillay, juga harus terus bekerjasama menjadi agen perdamaian, kesatuan, agen pengharapan, melakukan dialog serta kerjaama antaragama, untuk membangun jembatan-jembatan bagi kesatuan umat manusia. Sehingga dengan demikian gereja dapat menyampaikan kabar baik bagi semua.
Sebelumnya, pendeta Reformed, anggota Uniting Presbyterian Church di Afrika Selatan ini, mengungkapkan Sidang Raya WCC melihat ada 5 poin tantangan yang dihadapi dunia sekarang ini. Kelima tantangan tersebut diantaranya percepatan perubahan iklim yang mengancam kehidupan manusia, kesenjangan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan miliaran orang hidup dalam kemiskinan, dan ketidakseimbangan, maraknya pelanggaran HAM, serta krisis pemerintahan.
Di bagian akhir paparannya, dia menelisik tema acara Proaktif Menghadirkan Kebaikan Allah bagi Semua (Matius 5”45). “Jika tema ini yang kita pilih, maka kita perlu lebih menjadi inklusif dan tidak ekslusif. Inklusif bukan berati kita mengizinkan orang lain untuk masuk dan mengambil alih semua kendali anda, karena itu orang sering salahpaham dan takut untuk bicara inklusifitas. Inklusif berarti menyediakan ruangan untuk orang lain. Menerima meski berbeda karena mereka juga umat ciptaan Allah,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom yang didapuk menjadi penanggap, secara khusus mensoroti 5 tantangan dari Sidang Raya WCC. Menurutnya, Sidang Raya PGI 2019 telah ada 3 krisis dan satu tantangan, yang sebenarnya merangkum 5 krisis dari WCC. Ketiga krisis tersebut yaitu krisis ekologi, kebangsaan, dan krisis keesaan, dan tantangan transformasi digital.
Akar dari krisis tersebut, lanjut Pdt. Gomar Gultom, adalah kerakusan. Kerakusan tidak hanya terjadi dalam diri manusia tetapi juga merasuki organisasi, partai, bahkan agama, juga transformasi akibat budaya digital. Sebab itu, spiritualitas keugaharian menjadi jawaban untuk melawan kerakusan.
“Spiritualitas keugaharian mengajak kita untuk mampu berkata cukup, mengontrol diri, tidak mau mengambil yang bukan miliknya. Salain itu ugahari juga mengajak kita untuk peduli dan berbagi. Sebab itu gereja harus ikut memperjuangkan tatanan yang seimbang, berkeadilan, dan kesatuan,” tandasnya.
Sedangkan penanggap lain, Diakones Sarah Naibaho secara khusus merespon adanya ketidakadilan ekologi. Mengacu pada konteks lokal di Sumatera Utara, menurutnya diperlukan gerakan bersama untuk menghadirkan kebaikan Allah kepada masyarakat yang lahannya dirampas.
“Pengalaman saya di Sumatera Utara, ada 11 izin tambang untuk koorporasi di kawasan hutan lindung, ini mencerminkan adanya ketidakberpihakan, dan ketidakadilan, juga ketidakpedulian terhadap bencana. Kami pun mengajak sinode untuk ikut berjuang bagi masyarakat, dan ini sudah dilakukan oleh PGI, Sinode HKBP, PGIW Sumut. Menghadirkan kebaikan Allah termasuk dalam masalah ekologi, kita bisa bersatu mengatasinya,” tegas perempuan penerima Nommensen Award ini.
Usai memberikan paparan di acara ini, Jerry Pillay melakukan pertemuan dengan perwakilan tokoh dan aktivis interfaith di Grha Oikoumene, untuk sharing seputar kehidupan keberagamaan di Indonesia. Sebelumnya, dalam kunjungan ke Indonesia sejak Minggu (28/1/2024), pria yang terpilih sebagai Sekjen WCC pada 17 Juni 2022 ini, mengawalinya dengan menghadiri Sidang MPL-PGI 2024 di Mentawai. Selanjutnya, mengikuti pertemuan WCC di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.
Pewarta: Markus Saragih