SE Bidang KKC PGI, Pdt. Jimmy Sormin: Pancasila Tidak Sekadar Dihafal, Tetapi Dilaksanakan
JAKARTA,PGI.OR.ID-Pancasila hendaknya tidak hanya sekadar dihafal, tetapi dengan sungguh-sungguh dilaksanakan dalam kehidupan keseharian, dan tidak sekadar lips service. Meski bukan perkara mudah namun hari demi hari harus dapat terwujud.
Hal tersebut ditegaskan Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI Pdt. Jimmy Sormin, dalam diskusi Refleksi Hari Lahir Pancasila, yang diinisiasi oleh Perkumpulan Wartawan Nasrani (Pewarna) Indonesia, di Media Center PGI, Jakarta, pada Kamis (6/6/2024).
“Bagaimana Pancasila tidak lagi sekadar sebagai sesuatu yang harus dihafal tetapi bagaimana dilaksanakan dan hadirkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila tidak sekadar lips service. Tidak mudah tetapi hari demi hari harus dapat diwujudkan. Sebab itu dibutuhkan ketulusan dan konsistensi untuk menjalankan nilai-nilai Pancasila,” jelasnya.
Dia pun mengingatkan kembali tentang perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dalam merumuskan Pancasila. “Nilai-nilai Pancasila seperti keadilan sosial dan persatuan bangsa harus terus diperjuangkan. Tugas kita saat ini adalah melanjutkan perjuangan tersebut dengan cara yang relevan dengan zaman kita,” ujar Pdt. Jimmy Sormin.
Pada kesempatan itu, pendeta GPIB ini juga menyinggung laporan Setara Institute Hasil survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) yang mencatat 83,3 persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan bisa diganti.
“Hasil survei ini sangat mengkhawatirkan. Sebab itu perlu pendekatan melalui hal-hal yang relevan dengan generasi muda. PGI lewat program-programnya bagaimana mengangkat nilai-nilai Pancasila, lewat isu-isu keadilan, lingkungan, toleransi dan lainnya kepada generasi muda. Artinya Pancasila tidak diperkenalkan secara formal, tapi nilai-nilainya yang kita majukan,” jelasnya.
Sedangkan pembicara lain, Dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) Sahat Sinaga, menegaskan perlunya Hari Pancasila selalu dirayakan dalam rangka estafet terkait pemahaman terhadap latarbelakang Pancasila, yang sangat penting diketahui oleh generasi penerus bangsa.
Sahat menceritakan pengalaman masa kecilnya di Cimahi, Bandung, yang bebas bergaul dengan siapa pun, tanpa mempertanyakan suku, dan agama. Sesuatu yang sangat orisinil di Indonesia sebagai perwujudan dari nilai-nilai Pancasila.
“Pengalaman saya yang lahir di Kota Bandung pada waktu itu hanya saya yang Kristen dalam pergaulan antar anak-anak, hingga remaja, tidak pernah ditanya dari agama apa, suku apa, bahkan saya ikut Yasinan. Artinya tidak ada yang mengganggu dengan kehadiran saya. Inilah orisinil dari Indonesia dengan Pancasila. Namun, situasinya berbeda dengan sekarang,” ujar mantan Ketua Umum GAMKI ini.
Dia berharap kehidupan yang penuh dengan perwujudan nilai-nilai Pancasila terus-menerus dapat dilakukan, dan gereja perlu menjadi instrumen dalam rangka memasyarakatkan Pancasila.
Pewarta: Markus Saragih