Perkuat Jejaring Kemanusiaan, PGI Kunjungi Unit-unit Pelayanan YAKKUM

YOGYAKARTA,PGI.OR.ID-Sebagai wujud penguatan relasi dengan lembaga-lembaga yang berjejaring dengan PGI, khususnya di bidang kemanusiaan, Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (SE KKC) PGI, Pdt. Johan Kristantara, melakukan kunjungan ke beberapa unit pelayanan YAKKUM di Yogyakarta, pada Rabu dan Kamis (26-27/2/2025).
Ditemani Ibu Arshinta, dari Direktorat Pengembangan Kesehatan dan Kemanusiaan (PKMK) YAKKUM, Pdt. Johan mengunjungi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bethesda, Unit Peningkatan Kesehatan Masyarakat / Community Development (UPKM/CD) Bethesda, Taman Lansia Ceria (TLC) Bethesda, Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRY), dan memberikan sambutan dalam pembukaan Training Of Facilitators Gereja Tangguh Bencana Angkatan ke-4 yang diselenggarakan oleh JAKOMKRIS PBI di Disaster Oasis Training Center, yang dikeloala oleh YAKKUM Emergency Unit (YEU).
Dalam kunjungan ke STIKES Bethesda YAKKUM, Rabu (26/2), Pdt. Johan ditemui oleh Ketua STIKES Bethesda, Ns. Nurlia Ikaningtyas, Ph.D., dan bercakap-cakap mengenai pentingnya pendidikan ilmu kesehatan, khususnya di bidang keperawatan, fisioterapi, kebidanan, dan administrasi kesehatan. Ns. Nurlia menyampaikan bahwa saat ini terbuka kesempatan bagi kaum muda khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terpencil) untuk memulai pendidikan ilmu kesehatan secara gratis, yaitu dengan menempuh pelatihan tersertifikasi untuk menjadi caregiver lansia premium melalui jalur beasiswa ikatan dinas.
Dengan menempuh pelatihan ini, kaum muda akan menjadi tenaga terdidik dan terlatih untuk siap bekerja sebagai pengasuh lansia pada segmen konsumen premium. Di samping itu, jika ingin melanjutkan pendidikan, mereka yang mengikuti pelatihan caregiver ini bisa langsung melanjutkan pada program studi keperawatan. Sayangnya, menurut Nurlia, saat ini belum banyak gereja-gereja, khususnya dari daerah 3T, yang memanfaatkan program ini dengan mengutus para remaja dan pemudanya. Dalam kesempatan ini, PGI melalui Pdt. Johan menyampaikan doa dan dukungan bagi proses transformasi STIKES Bethesda YAKKUM yang sedang diupayakan saat ini, yaitu proses transformasi menjadi universitas.
Sore harinya, SE KKC PGI menyambangi UPKM/CD Bethesda, disambut oleh Wahyu Priyo Saptono selaku Direktur, Sukendri Siswanto, Direktur Program PKP dan Inovasi Terapan, bersama Ghanis Kristia dan Meitha. Dalam pertemuan ini, mereka mendiskusikan dua isu besar yang digarap oleh CD Bethesda yaitu pelayanan HIV/AIDS dan pelayanan Penyehatan Tradisional.
Wahyu membuka pertemuan dengan menyampaikan selayang pandang pelayanan CD Bethesda dan beberapa capaian terkini. Dilanjutkan oleh Ghanis dengan mempresentasikan upaya-upaya pendampingan dan pemberdayaan bagi para ODHIV (Orang dengan HIV) dan ODHIVA (Orang dengan HIV/AIDS), di dua lokasi yaitu Kota Yogyakarta dan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur
Pendampingan dan pemberdayaan itu telah dan terus dilakukan baik bersama para ODHIV dan ODHIVA maupun bersama keluarga, para caregivers, KDS (Kelompok Dukungan Sebaya), dan WPA (Warga Peduli AIDS). Melalui upaya-upaya itu, mereka bukan saja berhasil meningkatkan kualitas hidup para ODHIV dan ODHIVA, namun telah memampukan mereka hidup mandiri secara finansial, bahkan mampu mendukung teman-teman ODHIV dan ODHIVA yang kurang mampu. Pdt. Johan mengapresiasi kondisi dan capaian ini dan menyampaikan konsistensi PGI mendukung pelayanan pada isu HIV/AIDS.
Di bidang penyehatan tradisional, CD Bethesta terus melakukan pelayanan pengembangan obat-obatan tradisonal, jamu, herbal, maupun praktik terapi pijat, urut, dan akupunktur. Pelayanan ini dikembangkan baik di lokasi CD Bethesda maupun dalam kerjasama dengan Rumah Sakit Bethesda YAKKUM. Tantangan yang saat ini dihadapi adalah pandangan dari masyarakat umum maupun dari dunia medis yang menempatkan penyehatan tradisional masih “di bawah” atau lebih rendah dari pengobatan modern.
Harapannya, di masa depan masyarakat semakin aware dengan metode penyehatan tradisional sehingga dapat mempertimbangkan pilihan cara penyembuhan dari kondisi sakit yang dialami, melalui pengobatan modern atau penyehatan tradisional. Pdt. Johan mendoakan semoga harapan itu menjadi nyata, mengingat Indonesia sesungguhnya memiliki keanekaragaman hayati begitu melimpah, yang tentu menyediakan bahan-bahan alami guna menunjang upaya-upaya penyehatan tradisional.
Di hari kedua, Kamis (27/2), SE KKC PGI mampir ke Pusat Pelatihan Disaster Oasis di Jalan Kaliurang KM 21, yang dikelola oleh YEU. Di tempat ini, Pdt. Johan menyampaikan sambutan pada pembukaan Pelatihan Fasilitator Gereja Tangguh Bencana (GTB) Angkatan ke-4, yang diselenggarakan oleh JAKOMKRIS PBI. Dalam sambutannya, Pdt. Johan menyampaikan syukur bahwa pada batch pelatihan ini ada 47 peserta dari 27 Sinode Gereja dan lembaga, yang jika ditambahkan pada jumlah fasilitator angkatan-angkatan sebelumnya, menjadikan jumlah total fasilitator GTB sudah mencapai lebih dari 100 orang.
Mewakili PGI, Pdt. Johan juga menegaskan bahwa pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim merupakan salah satu polycrisis yang menjadi fokus PGI dan masuk ke dalam Prokelita 2024-2029 dan di dalam program tahunan PGI. Pelatihan fasilitator GTB ini diharapkan mampu menjawab krisis ekologi dan kebencanaan di tanah air kita.
Sesudahnya, Pdt. Johan bersama Ibu Arshinta mengunjungi Taman Lansia Ceria (TLC) Bethesda YAKKUM, yang merupakan bagian dari pelayanan RS Bethesda. TLC Bethesda merupakan fasilitas terpadu bagi para lansia, bukan hanya untuk kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan jiwa dan spiritual. Melalui beragam aktivitas, lansia bisa mengekspresikan diri, mengaktualisasikan diri, juga memberdayakan diri sendiri dan orang lain, sehingga kehidupan para senior semakin berkualitas dan bermakna bagi orang lain dan alam semesta.
Di fasilitas yang berdiri di lahan seluas 4,8 hektar ini, tersedia pelayanan tinggal tetap, penitipan sementara, maupun daycare yang terintegrasi dengan RS Bethesda dan STIKES Bethesda. Aktivitas yoga bersama di alam terbuka dan kebaktian padang menjadi aktivitas favorit di sini. Pdt. Johan menyampaikan apresiasi atas pelayanan TLC Bethesda dan berharap gereja-gereja di Yogyakarta dan sekitarnya dapat memanfaatkan fasilitas ini dalam rangka pembinaan para lansia. Gereja perlu terus berupaya menghilangkan stigma bahwa lansia sudah tidak berdaya dan tidak lagi mampu berkontribusi bagi masyarakat.
Kunjungan terakhir Pdt. Johan ke unit-unit pelayanan YAKKUM adalah ke Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRY), yang juga terletak di Jalan Kaliurang KM 13. Pusat rehabilitasi bagi para penyandang disabilitas ini sekarang telah bertransformasi menjadi lembaga dengan berbagai pelayanan dengan spirit inklusi. Pdt. Johan berkesempatan untuk berkeliling dan menengok beberapa unit pelayanan mereka. Pertama, Kelompok Bermain Inklusi “GANTARI” yang menyediakan pendidikan usia dini (2-5 tahun) dengan konsep inklusi di mana anak-anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak-anak lainnya.
Kedua, bengkel prostetik dan ortotik, yang menjadi pusat produksi alat bantu dan penyangga, seperti kaki palsu, sepatu ortopedik, kursi roda, bahkan modifikasi sepeda motor bagi para penyadang disabilitas. Ketiga, layanan Kinesioterapi (terapi fisik untuk keluhan otot dan sendi), yang bukan hanya memberikan manfaat fisik tetapi juga dukungan psikologis bagi pasiennya, sehingga merasa lebih percaya diri, mengurangi stres, dan meningkatkan citra diri atas tubuh. Keempat, dan ini yang menarik, PRY mengelola sebuah coffee shop yang kini menjadi wajah depan dari pusat rehabilitasi ini, yang dinamai Cupable Coffe. Konsep kafe ini adalah kafe inklusi, di mana para penyandang disabilitas menjadi barista dan pelayan kafe.
Selain berkeliling fasilitas PRY, Pdt. Johan juga melakukan percakapan dengan Ibu Sari, Direktur PRY bersama Mbak Ola dan Mas Aris. Melalui percakapan ini, didapatkan gambaran permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh PRY dalam penanganan kesehatan jiwa. Pusat Rehabilitasi YAKKUM melakukan rehabilitasi berbasis masyarakat bagi para ODDP (Orang Dengan Disabilitas Psikososial – biasanya kita kenal dengan istilah ODGJ). Upaya-upaya yang mereka lakukan adalah melalui upaya mendekatkan akses kesehatan sampai ke tingkat desa, pendidikan dan peningkatan kapasitas bagi para ODDP dan multistakeholders, pembedayaan mata pencaharian dan kehidupan sosial bagi para ODDP, juga advokasi baik pada level pelaku, fasilitator, maupun pengampu kebijakan.
Selain itu jejaring dan kolaborasi dengan gereja-gereja, organisasi kemasyarakatan, dan para akademisi juga terus dibangun. Mewakili PGI, Pdt. Johan menyampaikan harapan bahwa perhatian pada para ODDP kiranya terus digarap secara serius sebagai wujud mewujudkan Kerajaan Allah bagi semua makhluk. Karenanya, masih menurut Pdt. Johan, perlu kolaborasi antara Pusat Rehabilitasi YAKKUM, dengan gereja-gereja di lingkup PGIW atau PGIS Kota Yogyakarta untuk mengupayakan peningkatan kapasitas para pendeta dan pemimpin gereja, agar gerakan Gereja Inklusi terus bergulir dan semakin mewujud nyata. PGI dengan senang hati bersedia menjadi kolaborator untuk upaya-upaya peningkatan kapasitas bersama Pusat Rehabilitasi YAKKUM dan berbagai stakeholders.
Pewarta: Markus Saragih