Peran Strategis Keluarga sebagai Gereja Kecil Sekaligus Wajah Gereja

MANOKWARI,PGI.OR.ID-Semiloka teologi yang penuh makna dan refleksi digelar di Manokwari, Papua Barat, pada hari Jumat, 23 Mei 2025, sebagai bagian dari rangkaian HUT PGI ke-75 dengan mengangkat tema sentral “Ecclesia Domestica” atau “Gereja Keluarga”. Acara yang berlangsung hangat dan interaktif ini menghadirkan narasumber utama Pdt. Mariska Lauterboom, M.A.T.S., Ph.D., dosen Teologi dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), dan dimoderatori oleh Pdt. Herman Krey, Wakil Ketua IV Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt.
Dalam paparannya, Pdt. Mariska membuka diskusi dengan menekankan pentingnya membangun kembali kesadaran bahwa keluarga adalah gereja terkecil, tempat pertama di mana nilai-nilai kekristenan seharusnya ditanam dan dipelihara. “Gereja yang kuat tidak lahir dari program-program besar di mimbar, tetapi dimulai dari relasi yang sehat dan kudus dalam keluarga,” tegasnya.
Namun, realitas yang dihadapi gereja masa kini memperlihatkan bahwa banyak keluarga Kristen tengah menghadapi krisis multidimensional, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya keintiman emosional antara orangtua dan anak, hingga lemahnya bimbingan rohani dalam keluarga. Permasalahan-permasalahan ini, menurut Pdt. Mariska, tidak boleh dianggap remeh karena secara langsung mencerminkan wajah gereja di tengah masyarakat.
Diskusi yang terbuka dan penuh antusiasme mewarnai sesi tanya jawab. Para peserta semiloka diajak untuk melihat bagaimana teladan orangtua dalam kehidupan sehari-hari menjadi pembentuk utama karakter dan psikologi anak. Salah satu penekanan penting dalam sesi ini adalah urgensi gereja untuk tidak hanya menjadi institusi rohani, tetapi juga komunitas yang peduli terhadap kondisi riil keluarga jemaatnya.
Pdt. Mariska juga menyoroti pentingnya keluarga-keluarga Kristen untuk saling mendukung. “Ecclesia Domestica bukan hanya soal membenahi keluarga sendiri, tapi juga membangun jaringan kasih antar keluarga, saling memperhatikan dan menguatkan,” katanya.
Meskipun beberapa peserta mengaku baru pertama kali mendengar istilah Ecclesia Domestica, mereka sepakat bahwa ide menjadikan keluarga sebagai pilar utama gereja selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab. Dalam sesi penutup, Pdt. Mariska mengajak keluarga para pendeta untuk menjadi teladan yang nyata dalam membina rumah tangga yang harmonis, penuh kasih, dan menjadi sumber inspirasi bagi jemaat.
Semiloka ini menjadi momentum penting bagi gereja-gereja di Papua Barat untuk merenungkan kembali strategi pelayanan yang lebih membumi, dimulai dari ranah domestik. Harapannya, semangat Ecclesia Domestica akan terus dikembangkan agar gereja dapat hadir lebih kuat dan berdampak melalui keluarga-keluarga yang hidup dalam terang Kristus.