Penandatanganan Komitmen: Keseriusan Gereja untuk Mencegah dan Mengurangi Stunting
SUMBA,PGI.OR.ID-Di hari terakhir kegiatan Orientasi Kader Gereja untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting di Sumba Timur, NTT, Rabu (6/10/2021), BPMS GKS, SE Bidang KKC PGI Pdt. Jimmy Sormin bersama seluruh peserta, menandatangani komitmen bersama dalam rangka mendampingi dan menggerakkan masyarakat melakukan pola hidup sehat untuk mencegah dan mengurangi kasus stunting di NTT.
Menurut Ketua BPMS GKS Pdt. Alfred Samani, penandatanganan komitmen bersama ini menjadi langkah awal gereja untuk melaksanakan apa yang telah menjadi tugas bersama dalam rangka mencegah dan mengurangi kasus stunting. “Kita sudah mendapat pengetahuan yang baru terkait stunting, dan rencana tindak lanjut telah dipersiapkan, sebab itu dibutuhkan keseriusan dan komunikasi kita dengan berbagai pihak,” tandasnya, usai melakukan penandatanganan dan sekaligus menutup kegiatan tersebut.
Bila perlu, lanjut Pdt. Alfred, ada gerakan sosialisasi di sekolah-sekolah sehingga program ini bisa berjalan dan terukur tingkat capaiannya. “Kemudian pada tataran-tataran implementasi program misalnya di tingkat sekolah minggu, dalam perjupaan kaum perempuan, komisi-komisi, hal ini bisa kita jalani, termasuk dalam katekisasi pra-nikah, kemudian bimbingan kepada orangtua maupun saat baptisan anak. Ruang itu bisa kita ambil untuk menjelaskan persoalan ini,” katanya.
Sebagaimana diketahui, sejak 5-6 Oktober 2021, sebanyak 32 orang peserta yang merupakan perwakilan dari pemimpin/pelayan/pengurus gereja dari 32 gereja di Sumba Timur mengikuti kegiatan yang berlangsung di gereja GKS Jemaat Payeti, Waingapu ini, dan diharapkan mereka dapat menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat dalam pencegahan stunting di jemaat/ masyarakat melalui KAP. Selain itu, akan ada 32 kelompok remaja binaan PGI yang terdiri dari 10 orang. Sehingga target 320 orang remaja putri yang melaksanakan pencegahan stunting dapat tercapai.
Salah seorang peserta, Pdt. Melly Kahileba, menyatakan kesiapannya menjadi pendamping. Menurutnya, ini menurutnya sebagai bentuk tanggungjawab gereja kepada masyarakat, tidak hanya melalui mimbar tetapi juga menerapkannya di tengah-tengah kehidupan jemaat. “Memang untuk mengawalinya tidak mudah, butuh komitmen yang kuat, dan kerjasama dari berbagai pihak. Karena ini bukan hanya bicara generasi gereja, tetapi juga generasi masyarakat dan bangsa,” ujar pendeta GKS ini.
Demikian halnya Shekinah. Pendeta pendamping di GBT Rehobot, Tanderotu ini juga mengaku telah siap untuk mendampingi para remaja putri. “Karena persoalan stunting sangat serius jadi perlu ada upaya pencegahan, yang dimulai dari diri kita sendiri, melalui hal-hal kecil misalnya dengan mengajak dan memberi pengetahuan kepada mereka, terutama kita seorang perempuan,” tandasnya.
Pewarta: Markus Saragih