Pdt. Henrek Lokra: Waktunya Konsolidasikan Perjuangan untuk Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan
SEMARANG,PGI.OR.ID-Mengusung tema “Redefining the Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues”, Kementrian Agama (KEmenag) RI menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024, di UIN Walisongo Semarang, yang akan berlangsung selama 4 hari (1-4/2).
Di hari kedua kegiatan, Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian (KP) PGI Pdt. Henrek Lokra, dalam sesi panel bersama pimpinan agama Kawasan Asia, menyoroti isu Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan dengan mengutip Sekjen WCC Pdt. Prof. Dr. Jerry Pillay, menyerukan terciptanya kejelasan mengenai masa depan yang dibangun berdasarkan keadilan, bukan kekuatan militer, di mana Hukum Internasional diterapkan secara konsisten tanpa memihak. Tidak ada perdamaian tanpa keadilan. Komunitas Internasional harus memikirkan kembali perdamaian berkelanjutan di kawan konflik bersenjata, sebuah perdamaian yang mampu bertahan dalam ujian waktu. Inti dari perdamaian tersebut adalah kesetaraan dan keadilan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia.”
Lebih lanjut, Lokra menjabarkan secara gamblang apa yang dimaksud Keadilan, Perdamaian, Keutuhan Ciptaan, dan HAM. Menurutnya Keadilan dalam kacamata iman Kristen, manusia adlaah “citra Allah” (Imago Dei) sehingga ia adalah tujuan pada dirinya dan tidak boleh dijadikan sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Kasus-kasus), perendahan martabat manusia tidak pernah berhenti seperti perdagangan manusia (trafficking), aborsi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), hingga kekerasan atau pengucilan kelompok-kelompok minoritas religious terus terjadi. “Ketidakadilan terjadi di dalam masyarakat ketika pihak yang lemah tidak mampu dan tidak dapat berpendapat atau berbuat sebagaimana yang dilakukan oleh pihak yang kuat,” katanya.
Sedangkan Perdamaian: atau shalom, dalam arti luas, tidak hanya situasi tiadanya kekerasan dan perang, namun mencakup aspek yang luas, termasuk kesehatan jasmani, kesejahteraan, kepuasan, ketenangan, hidup yang seimbang atau setara dalam masyarakat. Orang yang mengalami shalom adalah orang yang tidak hanya sekedar hidup tanpa kekerasan, tetapi orang yang mempunyai harapan baru karena ia telah di damaikan dan mengalami keselarasan dengan ciptaan lainnya.
Terkait Keutuhan Ciptaan: merujuk pada persoalan pemeliharaan alam dan ekologis. Krisis ekologis dan kerusakan lingkungan kini telah mengarah pada “kiamat ekologis”. Karena itu umat Kristen didorong untuk aktif dalam aksi pemeliharaan lingkungan dan advokasi (termasuk konflik agraria, dan perlindungan masyarakat adat). Kondisi lingkungan hidup dan ciptaan lain di sekitar kita makin rusak dan menuntut upaya pemulihan yang segera dan berkelanjutan, untuk mengembalikan menciptakan kembali keutuhannya dan menyelamatkan manusia dari kehancuran.
Diakhir paparannya, Lokra menegaskan bahwa sekarang adalah waktunya untuk mengkonsolidasikan semua perjuangan untuk keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Kita harus membebaskan diri kita dari perbudakan struktur kekuasaan yang membutakan kita dan membuat kita menjadi kaki tangan dalam kehancuran.
Semua kehidupan di bumi terancam oleh ketidakadilan, perang dan penghancuran ciptaan karena kita telah melanggar perjanjian sang Pencipta. Karena itu, ini adalah waktunya untuk mengukuhkan kembali perjanjian itu agar tercipta keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan di bumi dan merawat ciptaan sebagai sebuah keluarga di mana setiap anggotanya memiliki hak yang sama atas keutuhan hidup.
Sementara itu, Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI Saiful Rahmat Dasuki, dalam sambutannya saat membuka kegiatan ini, pada Kamis (1/2/2024) malam, menilai bahwa Wamenag menilai AICIS 2024 menjadi forum strategis medefinisikan peran agama dalam menghadapi berbagai situasi global saat ini. “Kami berharap bahwa AICIS memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kita meredefinisikan peran agama menghadapi krisis kemanusiaan. Dan bagaimana kita dapat bergerak maju menuju dunia yang lebih damai, adil, menghormati atas manusia untuk semua, ” kata Wamenag.
Selain itu, Wamenag berharap bahwa setelah AICIS yang mengangkat tema ‘Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues’ ini digelar, semua pihak bisa bergerak maju untuk mencapai kedamaian, keadilan dan saling menghormati antar sesama.
“Marilah kita terus menjaga dan mendorong semangat dialog terbuka dan saling pengertian membangun jembatan antar keyakinan, menciptakan kedamaian di mana individu merasakan perdamaian merasakan keadilan dan penghormatan terhadap hak hak dasarnya, ” terangnya. Rencananya Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) akan ditutup oleh Menteri Agama Republik Indonesia, yang ditandai dengan membacakan Deklarasi Semarang sebagai komitmen agama-agama dalam mempromosikan keadilan, perdamaian dan Hak Asasi Manusia, 4 februari 2024.
Pewarta: Markus Saragih