Para Pendeta Diminta Libatkan Generasi Milenial dan Gen Z pada Pemilu 2024
PGI.OR.ID – Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Togap Simangunsong mengharapkan para pendeta maupun petugas gereja yang ada di seluruh Indonesia, untuk bersama-sama melibatkan para generasi milenial dan generasi z, guna menyampaikan hak suaranya pada Pemilu 2024.
“Karena bagaimanapun hasil Pemilu 2024 ini, juga menentukan masa depan mereka,” ujar Togap, saat berbicara pada acara pembukaan Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-geraja Indonesia (PGI) di Tuapeijat, Ibukota Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumater Barat (Sumbar), Jumat (26/1/2024).
Sidang yang diikuti 68 gereja anggota MPL serta 22 gereja dari Persekutuan Gereja-geraja di Indonesia Wilayah (PGIW) ini, akan berlangsung hingga 29 Januari mendatang.
“Pemilu kita ini berhasil ada 4 indikatornya. Pertama berlangsung aman dan lancar. Kemudian partisipasi yang tinggi di atas 79,5%. Selanjutnya tidak terjadi konflik yang dapat merusak persatuan kesatuan,” terang Togap.
Yang terakhir, kata dia, pelayanan masyarakat pada fasilitas publik dan pemerintahan di seluruh Indonesia, tetap berjalan dengan lancar dan melayani, meskipun ada penyelenggaraan persiapan tahapan pemilu.
“Di Kepulauan Mentawai, pemilihnya lebih dari 66.000 orang. Yang menarik 64% adalah generasi milenial dan generasi Z yang bakal jadi pemilih,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Uskup Padang Mgr. Vitus Robianto Solichin, mengingatkan seperti disinyalir dalam Konferensi Wali Gereja Indonesia pada November lalu, bahwa tahun 2024 ini akan menjadi tahun yang suhu politiknya tinggi. Dan dari segi ekonomi akan menguras anggaran pusat dan daerah yang begitu banyak.
“Anggaran yang mungkin mencapai puluhan trilunan rupiah itu akan mubazir, jika pemilu tersebut tidak bisa memunculkan orang-orang yang akan bekerja untuk kesejahteraan rakyat banyak,” tuturnya.
Akan tetapi, lanjut dia, situasi politik negara kita cenderung menunjukkan turunnya kualitas demokrasi. Karena kita masih bisa menyaksikan orang-orang yang berani menghalalkan segala cara jadi kepentingan pribadi dan golongan.
“Kita membutuhkan para pemimpin yang mempunyai integritas kejujuran. Karena kejujuran adalah dasar integritas, kepribadian moral yang kuat. Tanpa kejujuran kita tidak dapat maju selangkah pun dalam kedewasaan, karena belum berani menjadi diri kita sendiri,” ujarnya.
Dia katakan, kita dapat bersikap jujur terhadap orang lain, apabila kita jujur terhadap diri kita sendiri. “Tanpa kejujuran, segala perbuatan baik bisa menjadi satu kemunafikan,” tandasnya.(*)