Obituari Romo Antonius Benny Susetyo, Pejuang Toleransi

JAKARTA,PGI.OR.ID-Sosok pejuang toleransi dan kerukunan beragama, Romo Antonius Benny Susetyo Pr (55), telah menghadap Sang Khalik, di RS Mitra Medika Pontianak, Sabtu (5/10/2024) dini hari.
Romo Benny Susetyo lahir di Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim), 10 Oktober 1968. Dia adalah pastor sekaligus aktivis kemanusiaan yang menempuh pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang pada 1996.
Kegandrungannya terhadap kemanusiaan dan dialog lintas agama sudah terlihat sejak aktif di Konferensi Wali Indonesia (KWI). Tak hanya itu, Romo Benny juga menjadi salah satu tokoh pendiri Setara Institute, organisasi yang memperjuangkan perlindungan keberagaman dan menjunjung tinggi martabat manusia.
Romo Benny juga vokal dalam memperjuangkan kebebasan berpikir dan berpendapat. Dia sempat mengkritik tindakan aparat Kodim dan Kejari Padang yang menyita buku diduga berpaham komunis pada 8 Januari 2019.
Menurutnya tindakan tersebut tidak masuk akal. Ia mendesak agar pembredelan itu dihentikan dan tidak lagi dilakukan. Alih-alih membredel, Romo Benny mendesak agar buku-buku itu diperbolehkan dibaca dan dipelajari untuk mengetahui apakah ada hal yang salah dari paham tersebut.
Ketika pemerintah membuka kran bagi lembaga keagamaan untuk mengelola tambang, juga sempat mengomentari bahkan menyatakan ormas Katolik menolak izin pengelolaan lahan tambang yang diajukan pemerintah.
Gereja, jelas Romo Benny, merupakan pelayanan pastoral yang fokus pada pendidikan, kesehatan, dan keumatan. Mereka tidak pernah diajarkan mengelola konsesi tambang sehingga ormas Katolik perlu berhati-hati agar tidak terperangkap dalam jebakan. Sebab itu, dia melihat lembaga gereja harus memiliki prinsip kehati-hatian dan kebijaksanaan.
Dia pun dikenal sebagai produktif, yang kerap menyoroti persoalan sosial, politik, keagamaan, hingga penerapan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, dia menolak keras tindakan kekerasan di tengah masyarakat. Tidak heran jika diapun mengecam pembubaran paksa diskusi yang digelar di sebuah hotel di Kemang, Jakarta Selatan (Jaksel), beberapa waktu lalu.
Menurut Romo Benny kekerasan tersebut merupakan tindakan yang menghancurkan keadaban Pancasila dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan serta keadilan. Selain melanggar hukum, menurutnya, kekerasan merupakan bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang dijunjung tinggi oleh konstitusi negara. Kekerasan, menghancurkan keadaban Pancasila karena negara yang berdasarkan Pancasila tidak boleh membiarkan kekerasan terjadi. Kekerasan juga menghina kemanusiaan dan menghina keadilan.
Sebab itu, dia terus menyuarakan agar dijalankannya hidup bernegara dengan terus berlandaskan hukum dan konstitusi. Dia juga terus menyuarakan bahwa setiap warga negara berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya secara damai, seperti yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945.
Ungkapan duka pun bermunculan di media sosial, salahsatunya di laman Facebook Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jacky Manuputty. “Sungguh berduka, sahabat berbagi kegelisahan yang kini tak lagi gelisah terhadap kiwari kebangsaan. Selamat jalan dalam kedamaian sorgawi Romo,” katanya. Selamat jalan Romo Benny!
Pewarta: Markus Saragih