Lumbung Diakonia Gereja Toraja: Menjangkau yang Belum Terjangkau
TORAJA,PGI.OR.ID-Dalam mnghadapi pandemi corona pemerintah memberikan bantuan sembako dan juga bantuan dana kepada keluarga yang terdampak dengan sejumlah kriteria. Dalam operasionalnya, lurah dan desa, kalau di Toraja disebut Lembang, mendata keluarga yang terdampak. Namun dalam operasional di lapangan, sering ada yang telupakan atau tidak masuk dalam data mereka (pemerintah, red) namun sangat membutuhkan secara ekonomi. Inilah yang kemudian disebut belum terjangkau.
Berangkat dari kondisi nyata di lapangan, maka Gereja Toraja membuat apa yang disebut LUMBUNG DIAKONIA: Menjangkau yang Belum Terjangkau & Bangun Kemandirian Pangan. Lumbung Diakonia pada dasarnya merupakan gerakan bersama menghadapi dampak pandemi Covid 19, yang diharapkan hadir di seluruh lingkup pelayanan Gereja Toraja, baik Jemaat, Klasis, Wilayah dan Sinode, dengan peran yang tentu disesuaikan dengan konteks pelayanan masing-masing.
Lumbung Diakonia pertama dimaksudkan sebagai upaya tanggap darurat pemberian bantuan pangan untuk mendukung upaya pemerintah di daerah pelayanan masing-masing dalam menjangkau warga masyarakat yang sementara waktu belum sempat terjangkau.
Oleh sebab itu, segenap jemaat diharapkan memperhatikan dengan seksama warga jemaat, dan masyarakat di wilayah pelayanannya, sebagaimana yang sudah dan sedang dilakukan di sejumlah jemaat. Jika jemaat setempat belum mampu berdiakonia secara mandiri, maka diharapkan dapat ditangani bersama di lingkup pelayanan yang lebih luas seperti klasis, wilayah, atau sinode.
Lumbung Diakonia Crisis Centre Gereja Toraja, melalui Lumbung 1 di Rantepao dan Lumbung 2 di Makale, berupaya fokus pada area/warga yang belum sempat terjangkau, baik oleh pemerintah setempat ataupun melalui jemaat-jemaat terdekat. Oleh sebab itu, pada tahap awal kini, rekan-rekan pengurus wilayah sedang berupaya mengidentifikasi jemaat-jemaat yang sudah mampu berdiakonia secara mandiri, bahkan bisa berbagi ke jemaat lainnya.
Fokus Lumbung Diakonia yang kedua, ialah gerakan bersama semua komponen masyarakat membangun kemandirian pangan dalam waktu dekat, gerakan menanam dan memelihara ikan, dan sebagainya. Kerja sama di semua lingkup pelayanan dengan pemerintah dan segenap pihak lainnya diharapkan dapat mendorong terwujudnya upaya ini.
Lumbung dimaknai sebagai Tempat untuk duduk (tongkon) membicarakan hal-hal yang penting, tempat menyimpan stok berbagai kebutuhan, tempat untuk mengambil dan membagi secara arif apa yang dibutuhkan, simbol kemauan berusaha untuk mencukupkan kebutuhan dan persediaan cadangan berbagai bentuk kebutuhan, terutama pangan, serta simbol harapan dan doa, kiranya Tuhan memberkati usaha dan pekerjaan sampai memberi hasil yang melimpah.
Terkait harapan di atas, hingga kini melalui bantuan sejumlah pihak khususnya melalui Dewan Penasehat Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI), telah dilakukan sejumlah langkah koordinasi yang diharapkan dapat membantu kita segera dalam penyediaan bibit.
Dalam operasional lapangan, Lumbung Diakonia ini sudah menerima sejumlah sumbangan baik berupa beras, indomie, uang, dan berbagai jenis sembako baik lewat kantor di Tana Toraja yang beralamat di kantor Badan Pekerja Sinode Wilayah III Makale (BPSW III Makale) maupun di kantor Rantepao. Nantinya tentu akan berkoordinasi dengan jemaat untuk dapat melihat keluarga keluarga yang belum terjangkau oleh bantuan pemerintah dan layak untuk mendapatka bantuan.
Dalam implementasi di lapangan, program Lumbung Diakonia disinkronkan dengan program Persekutuan Kaum Bapak Gereja Toraja (PKBGT) dalam surat edarannya untuk membuat program dan mendukung kegiatan sesuai maksud dan tujuan dari Lumbung Diakonia. Hal ini sudah ditindak lanjuti oleh sejumlah Klasis dan Jemaat dalam lingkup Gereja Toraja.
Program yang dicanangkan Gereja Toraja merupakan bagian dari kegiatan sosial dan solidaritas global merawat bumi dan sesama.
Pewarta: Aleksander Mangoting