Komitmen Peduli Lingkungan, Peserta The 3rd International Interfaith Conference Tanam Pohon Mangrove
JAKARTA,PGI.OR.ID-Sebagai komitmen peduli lingkungan, perwakilan peserta The 3rd International Interfaith Conference bersama Sekum PGI Pdt. Jacky Manuputty, melakukan penanaman pohon mangrove di di Kawasan Ekowisata Mangrove Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Kamis (23/11/2023).
Sebagaimana diketahui, sebanyak 51 peserta lintas agama dari berbagai negara, mengikuti The 3rd International Interfaith Conference, yang dilaksanakan oleh UEM bersama PGI di Hotel Mercure, Jakarta, selama 3 hari (21-23/11). Di hari terakhir, melakukan public action berupa penanaman pohon mangrove.
Penanaman pohon yang berfungsi untuk menahan arus air laut agar tidak mengikis daratan pantai ini, dilakukan secara serentak di lokasi yang telah disiapkan.
Sebelumnya, di tempat yang sama, Rabbi Yacuv (Yahudi), Pdt. Rebecca (Kristen), Hanir Esder (Muslim), Venerable Bulumulle Sumaranarathana Thero (Budha), secara bergantian membacakan Pesan Lintas Agama untuk Keadilan dan Komunitas Inkusif yang dihasilkan dari konferensi ini.
Dalam pesan tersebut, peserta menyatakan komitmen, pertama, berdoa dan bekerja demi perdamaian dunia, khususnya untuk gencatan senjata dan rekonsiliasi di wilayah konflik seperti Ukraina dan Rusia, Israel dan Palestina serta di Republik Demokratik Kongo. Mendesak komunitas internasional untuk menerapkan penghentian kekerasan dan membuka koridor bagi masuknya bantuan kemanusiaan di daerah yang terkena dampak.
Kedua, mengeksplorasi teks-teks kitab suci dan ajaran-ajaran yang mengedepankan keadilan dan perdamaian serta membuka ruang dialog untuk membahas penafsiran bermasalah atas teks-teks agama yang melemahkan kebebasan beragama, hak-hak banyak orang, dan perlindungan bumi.
Ketiga, menekankan pentingnya prinsip-prinsip hak asasi manusia dan martabat manusia, untuk menuntut agar semua pemerintah memenuhi tanggung jawab hukum dan moral mereka untuk memastikan penerapan prinsip-prinsip ini secara tidak memihak dan konsisten dalam semua konteks, dan untuk menolak disesatkan oleh pemerintah. politisi dan agitator.
Keempat, mendesak pemerintah global dan aktor-aktor politik untuk menghapuskan undang-undang dan peraturan yang diskriminatif dan mengingatkan mereka akan tugas mereka untuk menciptakan keadilan, perdamaian dan integritas ciptaan.
Kelima, membuka ruang dialog antara masyarakat yang terpolarisasi dan mengubah masyarakat kita menuju komunitas inklusif, merangkul keberagaman, keadilan gender, dan kepedulian terhadap integritas ciptaan.
Keenam, memberikan pendidikan yang bertanggung jawab dan mendorong komunitas lintas agama untuk mempercepat program pembelajaran dialog antaragama dan intra-agama khususnya di tingkat akar rumput.
Ketujuh, membantu mempersiapkan kaum muda untuk memperjuangkan perdamaian dan keutuhan ciptaan melalui pendidikan inklusif dan dengan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam perjuangan Masyarakat.
Kedelapan, membangun masyarakat yang ramah lingkungan melalui pendidikan bagi semua usia, penghijauan fasilitas keagamaan dan kehidupan kita, advokasi dengan para pemimpin politik untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris dan bahkan lebih jauh lagi, serta partisipasi dalam gerakan masyarakat sipil untuk iklim.
“Kami berkomitmen tidak hanya untuk berbicara tentang perdamaian, keadilan, dan pelestarian ciptaan, namun juga melakukan langkah-langkah nyata menuju perdamaian, keadilan, dan keadilan iklim yang lebih besar,” demikian pesan tersebut.
Pewarta: Markus Saragih