Ketum PGI: Membangun Kemanusiaan dan Kesetaraan, Tantangan Gereja terhadap Isu Disabilitas

PGI.OR.ID – Pengarusutamaan isu disabilitas dalam pelayanan gereja masih menjadi impian yang belum sepenuhnya terwujud.
“Banyak saudara kita penyandang disabilitas masih mengalami kesulitan mengakses pelayanan gereja, karena kurangnya kesadaran gereja untuk membuka akses seluas-luasnya bagi mereka,” ujar Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom.
Hal ini disampaikannya dalam sambutan Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI, pada Pembukaan Konsultasi Nasional (Konas) I Gereja dan Disabilitas, di Jogjakarta, Rabu, 12 Juni 2024
Konas pertama yang diikuti sekitar 70an peserta dari berbagai wilayah di Indonesia ini, bertujuan untuk mengkonsolidasi para stakeholders, baik dari unsur pemerintah dan non-pemerintah, yang memiliki peran strategis dalam isu disabilitas untuk gereja dan masyarakat inklusi.
Selain itu juga, untuk menguatkan serta mengembangkan jejaring/gerak bersama untuk komunitas dan masyarakat yang ramah disabilitas. Berbagi informasi serta refleksi pengalaman membangun gereja dan masyarakat yang ramah disabilitas. Maupun meningkatkan literasi terkait teologi dan disabilitas melalui peluncuran buku dan panduan gereja ramah disabilitas.
Lebih lanjut menurut Pdt. Gomar, selama lebih dari satu dekade, berbagai percakapan dan kegiatan telah dikembangkan untuk mengarusutamakan isu disabilitas.
Bahkan, kata dia, telah ada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang mengamanatkan hak pelayanan publik bagi penyandang disabilitas, mencakup hak memperoleh akomodasi yang layak, pelayanan publik tanpa diskriminasi, serta hak pendampingan dan aksesibilitas di tempat layanan publik.
“Namun, diskriminasi dan stigma terhadap penyandang disabilitas masih marak terjadi,” ugkapnya.
Pada kesempatan ini, lanjut Pdt. Gomar, Konas digelar dengan tema “Membangun Persekutuan yang Inklusi dan Melayani Bersama sebagai Kawan Sekerja Allah.”
Tema ini, disebutnya, memiliki implikasi besar, yaitu perubahan paradigma dalam memandang penyandang disabilitas sebagai subjek, bukan objek, dalam agenda pastoral gereja.
Sebagai kawan sekerja Allah, kata Pdt. Gomar, seperti yang dinyatakan Paulus dalam 1 Korintus 3:9, kita mengajak dan memfasilitasi penyandang disabilitas untuk menjadi kawan sekerja Allah.
“Meskipun penyandang disabilitas mungkin memiliki keterbatasan dalam beberapa aspek, hal ini tidak seharusnya menjadi penghalang bagi gereja untuk melibatkan mereka dalam pelayanan,” tuturnya.
Jika gereja tidak membuka akses, menurut Pdt. Gomar, ini akan berdampak negatif, tidak hanya bagi penyandang disabilitas tetapi juga bagi hubungan sosial secara umum. Mereka berpotensi terisolasi dari pergaulan dan dikucilkan dari komunitas.
“Kristus selalu menunjukkan solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang lemah. Jika kita mengabaikan penyandang disabilitas, ini merupakan malapetaka kemanusiaan. Mereka tetap manusia utuh yang membutuhkan interaksi dan hubungan kemanusiaan yang wajar,” paparnya.
Kondisi ini, tambah Pdt. Gomar, menuntut upaya untuk meningkatkan kesadaran kolektif, baik melalui kampanye maupun berbagai bentuk literasi.
Dia menyebutkan, inilah salah satu harapan dari Konas ini, agar gereja dapat menjadi oasis bagi sesama, khususnya bagi penyandang disabilitas.
“Gereja harus meneladani Yesus Kristus yang tidak menolak mereka yang buta, tuli, pincang, atau mengalami berbagai cacat dan penyakit. Sebaliknya, Yesus merangkul mereka dengan kasih,” ucapnya.
Dalam variasi dari Matius 25, tambah Pdt. Gomar, kita mendengar Sang Anak Manusia bersabda: “Ketika Aku tidak berdaya karena menyandang disabilitas, kamu meneguhkan Aku.”
“Saya berharap, melalui Konas ini, kita dapat bertukar pikiran dan membangun komitmen bersama untuk kemanusiaan dan kesetaraan,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, Pdt. Gomar memberikan apresiasi Yayasan Kesehatan Umum untuk Masyarakat (Yakkum), Komisi Nasional Disabilitas (KND), Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak (FK-PKB) PGI, serta Pdt. Jimmy Sormin dan panitia lokal yang telah bekerja keras sehingga Konas ini dapat terlaksana.
‘Semoga segala usaha Anda menjadi berkat bagi masyarakat dan gereja-gereja di Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu, Pdt. Jimmy Sormin, Sekretaris Eksekutif Bidang KKC PGI, selaku Koordinator Pelaksanaan Konsultasi Nasional ini, mengatakan bahwa prokelita PGI telah menempatkan program ini sebagai program prioritas menjelang Sidang Raya PGI di Toraja.
Pemilihan Yogyakarta sebagai tempat pelaksanaannya, kata Pdt. Jimmy, agar dapat diakses oleh banyak rekan-rekan disabilitas juga, selain karena Yakkum sebagai anak kandung gereja memiliki kompetensi yang sangat baik dalam merespons isu disabilitas selama ini.
“Harapannya dengan Konas Gereja dan Disabilitas, gereja-gereja di Indonesia semakin serius dalam mengembangkan pelayanan yang inklusi, menempatkan sesama dengan disabilitas sebagai subyek dan kawan sekerja Allah,” ujarnya.(*)
Pewarta: Tiara Salampessy