Ketum PGI: Eksploitasi Alam Berlebihan Tempatkan Kita pada Ancaman Kiamat Ekologis

PGI.OR.ID – Eksploitasi alam yang berlebihan, yang didasari oleh supremasi manusia atas binatang dan tumbuhan, telah menempatkan kita pada ancaman kematian, berupa kiamat ekologis.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum (Ketum) Persekutuan Gereka-geraja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom, pada Ibadah Raya II
Festival Sungai Sa’dan Gereja Toraja, dalam rangka 77 tahun Gereja Toraja, di Rantepao, Toraja, Sulawesi Selatan, Sabtu (13/4/2024).
Pdt. Gomar menuturkan, dalam tradisi gereja, perayaan ulang tahun seperti ini, atau biasa disebut Jubileum, pada hakekatnya merupakan suatu momentum untuk memberlakukan tibanya Tahun Rahmat Tuhan, yakni pembebasan dari kemiskinan, bebas dari penyakit dan bebas dari berbagai belenggu penderitaan lainnya.
Tahun rahmat itu, kata dia, tidak hanya diberlakukan kepada warga gereja kita, bahkan tidak hanya kepada umat manusia saja, melainkan juga pembebasan bagi alam semesta, kepada air, tanah dan udara, kepada tumbuhan dan hewan, pokoknya tahun pembebasan bagi alam semesta dan seluruh isinya.
“Maka Festival Sungai Sa’dan yang dirangkaikan pada momen jubileum ini, bagi saya sangatlah tepat, di tengah kondisi alam kita yang makin memprihatinkan,” tandasnya.
Menurut Pdt. Gomar, meningkatnya polusi udara dan air, meningkatnya kualitas dan jumlah jenis penyakit, dan perebutan sumber daya alam; semuanya turut mengurangi kualitas hidup kita, yang pada gilirannya makin mendekatkan kita pada kiamat ekologis tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, lanjut dia, pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya alam yang terus meningkat telah menyebabkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun.
“Kita telah memaksa alam melebihi batas yang ditetapkan oleh Allah ketika menciptakannya. Dan tentu, yang mengalami akibat langsungnya adalah kita sendiri berupa ragam bentuk bencana alam seperti banjir dan kekeringan yang silih berganti,” tegasnya.
Dia katakan, kitalah sumber semua masalah ini. Ganti memelihara bumi ciptaan Allah yang dianugerahkan untuk kita usahakan dan pelihara, kita malah menggerus dan menggerus terus. Kerakusan dan ketidak-perdulian telah memerangkap manusia ke arah kehancuran alam dan peradaban.
Di momen perayaan ulang tahun ke- 77 ini, kata Pdt. Gomar, kita semua sedang diajak untuk memberlakukan tahun rahmat Tuhan dalam hidup keseharian kita. Karena dalam tradisi perjanjian lama, alam pun ikut menikmati sukacita jubileum itu. Alam pun ikut merasakan tibanya tahun rahmat Tuhan itu.
“Olehnya dalam mensyukuri anugerah Tuhan yang tak berkesudahan bagi Gereja Toraja, kita semua terpanggil untuk membawakan berita sukacita juga kepada alam,” sebutnya.
Pdt. Gomar menyebutkan, kita bersyukur memiliki seorang Pdt Rasely Sinampe, yang tak pernah lelah mengajarkan kita untuk selalu dan selalu menanam pohon.
“Di momen jubileum ini, bagaimana kita melahirkan Sinampe-sinampe baru, sebuah generasi yang menghargai alam. Itulah yang Yesus katakan pada Markus 16:15, “Pergilah ke seluruh dunia. Beritakankah Injil kepada segala makhluk.” Maka berita sukacita, tahun rahmat Tuhan itu pun harus ikut dirasakan oleh sungai-sungai kita,” harapnya.
Ia menuturkan, kita sama mengetahui, sungai bukan hanya tempat mengalirnya air saja, namun memiliki peran penting bagi kehidupan. Keberadaan airnya mampu membantu pasokan kebutuhan harian. Itu sebabnya juga Wahyu 22 memakai ungkapan “Mengalirlah Sungai Air Kehidupan”, seturut tema perayaan kita ini.
“Dalam dirinya, sungai tidak hanya menyimpan pasokan air, di dalamnya ada beragam kehidupan flora dan fauna yang menjadikan sungai sebagai rumah untuk beragam makhluk ciptaan Tuhan, yang adalah ‘saudara’ kita juga,” terangnya.
Selain itu, tambah Pdt. Gomar, kitab bisa belajar banyak untuk kehidupan kita dari sungai ini. Sungai selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu rendah hati.
Tetapi juga mengajarkan kita bahwa segala sesuatu yang terus bergerak dan mengalir, akan selalu menghadirkan kebaruan dan kejernihan. Hidup pun demikian adanya: bergerak dan mengalir. Jika diam dan tetap, maka hanya kebekuan dan kejumudan pikiran dan perasaan yang akan kita rasakan.
Apalagi, sambung dia, mengalirnya selalu mengisi ruang-ruang kosong, bahkan terus mengalir hingga ke lautan luas. Hal ini juga mengajarkan kita untuk selalu saling tolong menolong dan selalu berbagi dalam kehidupan sehari-hari kita. Sungai tidak pernah merasa kehabisan air: dan hendak mengatakan kepada kita: semakin berbagi semakin kita terberkati
“Demikianlah sungai memiliki peran penting dan bermanfaat bagi banyak orang. Olehnya dengan semangat jubilum 77 tahun Gereja Toraja, mari kita memelihara sungai-sungai yang mengalirkan kehidupan dan pohon-pohon yang berbuahkan kehidupan. Dengan demikianlah kita menjadi terang yang menyinari sekitar kita, dengan tetap mengupayakan Mengalirnya sungai air kehidupan,” tutupnya.(*)
Pewarta: Tiara Salampessy