Jelang HUT ke-75 PGI. Ziarah ke Makam Tokoh Gerakan Oikoumene di Sulawesi Utara

SULUT,PGI.OR.ID-Rangkaian kegiatan dalam rangka HUT ke-75 PGI berlanjut di Sulawesi Utara (Sulut) dengan melakukan ziarah oikoumenis ke makam Prof. Dr. Tuty Angganietje Sinsuw-Gundong, Pdt. Prof. Dr. Wilhelmus Absalom Roeroe, Pdt. Agustina Lumentut, Johann Friedrich Riedel, Johann Gotlieb Schwarz, dan Ds. Wilhelm Johannes Rumambi, pada Senin (7/4/2025).
Ziarah Oikoumenis di 6 makam Tokoh Oikoumene dan Missionaris dibagi dalam 2 tim. Tim 1 dengan rute ziarah ke makam Alm. Prof. Sinsuw Gudong dan Alm. Johan Frederic Riedel (Bitung – Tondano). Tim 2 dengan rute ziarah ke makam Alm. Prof. Roeroe, Alm. Pdt. Agustina Lumentut, dan Alm. Johan Gotlieb Schwarz (Tomohon – Langowan). Kedua tim bersama-sama akan menuju makam Ds. W. J. Rumambi (Langowan).
Turut hadir panitia lokal HUT ke-75 PGI di Sulut, keluarga Tuty Angganietje Sinsuw-Gundong (alm), MPH SAG, MPH PGI, para pendeta GMIM di Bitung, GMKI dan Senior GMKI, PIKI, Panji Yosua GMIM, dan Sinode Anggota PGI (GMPU, GMIM, dan GPI).
Wakil Sekretaris Umum PGI, Pdt. Lenta Enni Simbolon dalam sambutannya saat ziarah di makam Prof. Dr. Tuty Angganietje Sinsuw-Gundong, menyampaikan terima kasih kepada keluarga, putra putri yang telah memberikan Ibu Sinsuw melayani bagi gereja GMIM, selama 25 tahun sebagai Ketua Kaum Wanita GMIM, dan bagi PGI sebagai salah satu Ketua. Kiranya teladan beliau bisa menjadi warisan yang akan dilanjutkan oleh MPH yang sekarang, serta dihidupi oleh gereja-gereja, dan keluarga.
Mewakili keluarga, putri kedua, Alice, selain menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang diberikan kepada orangtua mereka. “Beliau sibuk melayani, kadang-kadang waktu untuk keluaga dikorbankan. Namun sekarang kami paham bahwa mama sudah melakukan hal-hal hebat sehingga anak-anak juga bisa seperti sekarang ini,” ujarnya.
Kegiatan ziarah bertujuan untuk mengenang dan merefleksikan jejak historis pekabaran injil di Indonesia. Sedikit menilik sejarahnya, Prof. Dra. Ny. Tuty Angganietje Sinsuw-Gundong, yang lahir di Likupang, 15 April 1938, adalah sosok yang mendedikasikan diri dalam dunia pendidikan sebagai seorang Guru Besar di bidang Sosiologi Pendidikan, dengan keahlian khusus di bidang Pendidikan Keluarga.
Selain karier akademik, dia juga dikenal luas karena keterlibatannya yang sangat aktif dalam berbagai organisasi sosial dan gerejawi. Selama lima periode berturut-turut (+ 25 tahun), dia dipercaya sebagai Ketua Wanita Kaum Ibu (WKI) Sinode GMIM, menjadikan beliau salah satu figur perempuan pelayan paling berpengaruh dalam sejarah GMIM.
Sifat dan panggilan oikoumenes dalam dirinya juga dibuktikan saat mewakili PGI dalam sidang WCC di Nairobi Afrika tahun 1975 dimana Prof. Dra. Ny. Tuti Sinsuw-Gundong mewakili GMIM bersama dengan Pdt Agustina Lumentut dari GKST dan keduanya adalah tokoh-tokoh sinode Am di tahun 1980-an.
Sebagai bentuk pengakuan atas ketokohan dan pelayanannya yang luas, Prof. Dra. Tuty Angganietje Sinsuw-Gundong juga dipercayakan menjabat sebagai salah satu Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) pada periode 1994–1999. Dalam peran ini, dia turut serta menggerakkan pelayanan lintas denominasi, membawa suara perempuan dan pendidikan dalam ruang-ruang strategis gereja nasional.
Pdt Prof Dr Wilhelmus Absalom Roeroe merupakan tokoh gereja yang memiliki peran cukup berpengaruh dalam gerakan oikoumene di Indonesia. Pendeta kelahiran Tomohon, 16 September 1933 ini, dikenal sebagai cendekiawan yang memiliki pengetahuan luas, baik dalam dunia teologi, ataupun budaya dan kemasyarakatan.
Pengetahuannya itu menjadi bekal yang lebih dari cukup untuk kemudian mendapatkan dan menerima kepercayaan sebagai Ketua Sinode Gereja MAsehi Injili di Minahasa (GMIM) untuk dua periode (1979-1990 dan 1995-2000).
Roeroe yang juga adalah pendeta GMIM, ikut aktif terlibat di dunia internasional sebagai Komite Eksekutif Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) dan Dewan Gereja Asia (Christian Conference of Asia/CCA). Dalam lingkup nasional, Roeroe juga ikut mengambil peran sebagai salah satu Ketua MPH-PGI selama dua periode, anggota Majelis Pertimbangan PGI selama satu periode.
Pdt. Agustina Lumentut, M.Th (1937-2002) adalah pendeta Perempuan yang melayani di Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), dan tercatat sebagai salah satu pendeta Perempuan yang pernah menjadi Ketua Sinode GKST. Dia adalah bagian dari keluarga missionaris pada zamannya.
Model kerja layannya adalah dengan transformasi social melalui Pendidikan, Kesehatan, dan Pembangunan infrastruktur, social, dan system politik. Dalam perjalanan kehidupan pelayanannya, Pdt. Agustina Lumentut mampu mengokohkan evolusi peran Perempuan lewat prestasi kerja layan hingga membawanya menjadi Ketua Sinode pada tahun 1989. Tidak berhenti di situ, dia juga lantas terpilih sebagai Wakil Sekretraris Umum PGI, yang membuatnya aktif diberbagai kegiatan internasional. Dia adalah salah satu tokoh Perempuan yang penting dalam sejarah perjalanan GKST.
Johann Friedrich Riedel (8 Juni 1798-12 Oktober 1860) dan Johann Gotlieb Schwarz. Johann Friedrich Riedel atau J.F. Riedel adalah penginjil yang berasal dari Erfurt, kekaisaran Romawi Suci (sekarang Jerman). Sedangkan Johann Gotlieb Schwarz lahir di Kaliningrad, 21 April 1800 dari keluarga tukang Sepatu yang taat agama. Riedel dan Schwarz dikenal sebagai tokoh terpenting dan berpengaruh dalam Sejarah serta perkembangan kekristenan di Minahasa.
Sepeninggal guru mereka, Ds. Johannes Jaenicks, pada tahun 1827, Riedel dan Schwarz pergi ke Belanda dan bergabung dengan Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG). Diutusnya Riedel dan Schwarz disebabkan oleh desakan Gerrit Jan Hellendoorn untuk mengembangkan Pendidikan dan taraf hidup di Minahasa. Mereka tiba pada 12 Juni 1831 tepatnya di Kema. Mereka berkeliling Minahasa untuk menentukan pos pelayanan. Riedel lantas menetapkan pos pelayanan di Tondano, sedangkan Schwarz menetapkan pos pelayanannya di Langowan.
Ds. Wilhelm Johannes Rumambi. Lahir pada 7 April 1916 di Tompaso, Minahasa. Pada 1934-1940 dia studi teologi di Hogere Theologische School (HTS, yang kemudian menjadi STFT Jakarta) sebagai Angkatan pertama dari STT ini. Pada 31 Oktober 1940, dia ditahbiskan sebagai pendeta di Jakarta di usia 24,5 tahun, melayani sebagai pendeta GMIM.
Perjalanan oikoumenis Pdt. W.J. Rumambi yang lebih luas dimulai Ketika terpilih menjadi Sekretaris Umum Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI, sekarang PGI) pada waktu lembaga ini terbentuk pada 1950. Sebagai seorang pendeta pelayan Firman dan Sakramen, Pdt. W.J. Rumambi melakukannya tidak saja sebatass kegiatan pelayanan gereja yang konvensional, tetapi Tuhan pimpin sehingga pelayannya juga meliputi ladang politik, sesuatu yang sangat sensitif dalam kehidupan bergereja.
Politik, yang seringkali dinilai sebagai sesuatu yang kotor, penuh dengan cara yang dinilai niretika, menjadi ladang pelayanannya ketika dipanggil Presiden RI Soekarno untuk menjabati Menteri Penerangan Indonesia pada Kabinet Dwikora III tahun 1966. Sejak 1967, dia menjadi Sekretaris DGI bidang Kemasyarakatan. Tahun 1974, sampai akhir hayatnya dia memegang jabatan Sekretaris Lembaga Alkitab Indonesia.
Pewarta: Markus Saragih