Ibadah Syukur HUT ke-75 PGI di Jayapura: Seruan Profetik untuk Kesatuan, Keadilan, dan Kepedulian

JAYAPURA,PGI.OR.ID-Dalam suasana penuh sukacita dan khidmat, ribuan umat dari berbagai denominasi gereja di Tanah Papua menghadiri Ibadah Syukur HUT ke-75 Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang diselenggarakan di Gereja Kristen Injili (GKI) Pniel, Kotabaru, Jayapura, tepat pada hari ulang tahun PGI, pada Minggu (25/5/2025).
Perayaan ini menjadi momentum bersejarah yang tidak hanya memperingati perjalanan panjang PGI, tetapi juga menjadi ruang refleksi mendalam akan panggilan gereja dalam menghadirkan kasih, keadilan, dan kesatuan di tengah dunia yang terus berubah.
Ibadah dipimpin oleh Pdt. Petrus Done, Ketua Sinode Gereja Kemah Injil Indonesia Papua, yang mengajak seluruh umat untuk menghayati keberadaan gereja sebagai “bahtera di lautan”. Ia menekankan bahwa hanya melalui kesatuan dan kebersamaan, segala tantangan dan badai kehidupan dapat dilalui hingga mencapai tujuan ilahi.
Sorotan utama ibadah ini adalah khotbah yang dibawakan oleh Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn F. Manuputty. Dengan mengangkat bacaan Alkitab dari 1 Korintus 12:12-27 dan tema “Kesatuan Tubuh yang Tangguh dan Relevan”, ia menggelorakan semangat oikoumene sebagai panggilan ziarah iman bersama—bukan sekadar seremonial, melainkan praksis nyata yang menyentuh luka-luka sejarah bangsa ini.
“Kita tidak hanya merayakan ulang tahun ke-75 PGI,” tegas Pdt. Manuputty, “kita sedang berjalan bersama dalam ziarah iman yang panjang, menyatukan beragam gereja, tradisi, budaya, dan bahasa dalam satu tubuh Kristus. Tetapi kita juga harus berani bertanya: Sudahkah kita menjadi suara profetik dalam menghadapi kemiskinan struktural, rasisme terhadap orang Papua, eksploitasi ekologis, intoleransi beragama, dan kekerasan berbasis gender?”
Ia menegaskan bahwa tubuh Kristus yang sejati adalah tubuh yang hidup—yang berani merasakan sakit, melawan ketidakadilan, dan berdansa dalam keberagaman. “Kesatuan bukan hanya simbolik, tapi praksis konkret,” ujarnya, seraya mengajak gereja-gereja berhenti bersaing demi kuasa dan jemaat, dan mulai bekerjasama menyentuh luka-luka masyarakat dan membangun harapan bersama.
Lebih jauh, ia menyoroti kondisi Papua sebagai salah satu medan realitas yang memerlukan suara gereja yang lebih konsisten dan berani. “Tangguh bukan berarti nyaman dalam liturgi, tapi berani berdiri menghadapi kekuasaan yang menindas dan realitas yang rapuh,” ucapnya, mengingatkan hadirin bahwa gereja dipanggil untuk hadir dan bersuara di tengah luka kolonialisme dan rasisme yang masih menganga.
Ibadah syukur ini juga dimeriahkan dengan berbagai persembahan pujian dari Vocal Grup Ukulele, Paduan Suara Gereja Kalam Kudus, penyanyi nasional Once Mekel, Vocal Grup Trompet, Vocal Grup PKB Pniel Kotaraja, Trio SWAT, dan Crescendo Choir. Nyanyian mereka menggema membawa suasana sakral yang menyentuh hati, mempererat rasa syukur dan semangat kebersamaan antar umat.
Antusiasme dan kekhidmatan tampak jelas dalam raut wajah jemaat yang hadir. Mereka mengamini pesan-pesan khotbah dan merayakan ulang tahun PGI dengan semangat oikoumenis yang mendalam. Ibadah ini menjadi peneguhan bahwa gereja-gereja di Tanah Papua siap berjalan bersama—bergandeng tangan dan bahu membahu demi terwujudnya Indonesia yang adil, damai, dan inklusif.
Usai ibadah, umat melanjutkan dengan acara ramah tamah dan malam pujian yang berlangsung dalam suasana hangat dan penuh syukur. Sukacita, harapan, dan doa menyatu dalam satu harmoni iman—sebuah perayaan kesatuan tubuh Kristus yang sejati.
Ibadah ini disiarkan secara live streaming melalui kanal YouTube Yakoma PGI. (EDP)