Edukasi Warga Gereja untuk Pelayanan Mitigasi Bencana
MAKASSAR,PGI.OR.ID-Biro PRB-PGI bersama PGIW Sulselbara sukses menggelar kegiatan Semiloka: Peran Strategis Gereja-gereja Anggota PGI di Wilayah Sulselbara untuk Pengurangan Risiko Bencana, di Gran Maleo Hotel, Makassar, Sulawesi Selatan, selama tiga hari (30 November-2 Desember 2023). Perwakilan dari gereja-gereja anggota PGIW Sulselbara, GMKI Wilayah 8 Sulselbara, PPGT hadir mengikuti kegiatan ini.
Semiloka dibuka oleh Kesbangpol Kota Makassar Taufan Muchtar, mewakili Walikota Makassar. Dalam sambutannya, Taufan berharap kegiatan ini memberikan hasil yang bermanfaat untuk menguatkan toleransi umat beragama di Kota Makassar serta menciptakan rekomendasi yang dapat membantu pemerintah dalam pengurangan risiko bencana di kota Makassar, khususnya Provinsi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.
Usai pembukaan, semiloka dimulai dengan sesi 1 oleh Ketum PGIW Sulselbara Pdt. Adrie Massie, sebagai narasumber dengan topik “Gereja dan Penanggulangan Bencana”. Melalui topik ini, dia menyampaikan kisah kemurkaan Allah lewat Air Bah di zaman Nabi Nuh, yang menekankan bahwa Gereja jangan hanya memberitakan tentang hukuman Allah, namun yang paling penting adalah tentang Allah yang sangat mengasihi manusia.
“Gereja harus hadir sebagai tanda cinta kasih Allah dengan mendukung pemerintah terkait bencana alam. Peran gereja dalam gerakan kemanusiaan sangat penting sebagai wujud kasih Allah kepada sesama manusia. Gereja harus hadir dalam pelayanan mitigasi bencana dengan cara memberikan edukasi kepada jemaat,” ujarnya.
Di akhir paparannya, Pdt Adrie menyampaikan komitmen akan membentuk Biro PRB di PGIW Sulselbara serta akan mendorong gereja-gereja anggota PGIW Sulselbara membentuk unit khusus pelayanan PRB. Diharapkan dengan terbentuknya Biro dan Unit PRB di PGIW Sulselbara dan gereja-gereja anggotanya, gereja semakin siap dan Tangguh terhadap bencana.
Di hari kedua, para peserta memasuki sesi kedua dengan topik “Paradigma Baru dalam Penanggulangan Bencana”. Narasumber di sesi kedua ini Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulawesi Selatan Amson Padolo, dan Kabiro PRB-PGI Pdt. Shuresj.
Di sesi ini, Amson menekankan bahwa kerja penanggulangan bencana harus dijalankan secara kolaborasi. Selain itu, PGI, dalam hal ini gereja-gereja, harus turut berkolaborasi dengan pemerintah untuk penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana ini tidak hanya saat emergency responds, namun dimulai dari Pra Bencana sampai Pasca Bencana. Kolaborasi tersebut perlu segera diciptakan dan dikembangkan karena menurut data BNPB jumlah bencana selalu meningkat, tidak pernah menurun. Sedangkan Pdt. Shuresj memaparkan tentang strategi dan kebijakan PRB-PGI.
Setelah Sesi Kedua, peserta memasuki sesi ketiga dengan topik “Peran Gereja dalam berbagi peran saat Penanggulangan Bencana”. Narasumber di sesi ini Aleksander Mangonting, menjelaskan dan sharing pengalaman kerjalayan kemanusiaan yang dilakukan oleh Crisis Center Gereja Toraja, dan Herman Agustinus, menjelaskan dan sharing pengalaman tentang Pos Terpadu PGI-PGIW saat Gempa Cianjur.
Setelah mendengar semua materi dari Narasumber, para peserta masuk dalam diskusi kelompok. Ada 4 topik yang akan dibahas di masing-masing kelompok, yaitu Optimalisasi Kelembagaan Pengurangan Risiko Bencana Gereja- gereja di Indonesia (kelompok 1), Pengembangan Kapasitas Jejaring dan Sistem Pendukung Upaya Pengurangan Risiko Bencana (kelompok 2), Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Eduksi Kebencanaan di Kalangan Gereja-gereja di Indonesia (kelompok 3) dan Efektitas Mitigasi dan pencegahan: emergency response dan post- disaster pada situasi dan kondisi tertentu (kelompok 4).
Melalui hasil diskusi kelompok ini, terciptalah RTL yang disepakati bersama oleh Gereja-gereja di Wilayah Sulselbara.
Pewarta: Herman Lumbantoruan