Di Sidang Sinode XXII GPIBT, Sekum PGI Mendaratkan PPTB, Tema dan Subtema SR XVIII

BUOL,PGI.OR.ID-Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama (PPTB) adalah dokumen yang menempati posisi penting dan strategis dalam Dokumen keesaan Gereja karena memuat panggilan bersama Gereja-gereja, sebagai respon terhadap konteks nyata Indonesia, yang memanggil Gereja-gereja menghidupi sikap realisme berpengharapan(2024-2029).
PPTB juga dokumen missional gereja sebab di dalamnya tercermin bagaimana Gereja-gereja di Indonesia menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar alasan keberadaannya: Apa arti Injil yang diberitakan kepada seluruh ciptaan? Bagaimana Injil diberitakan? Siapa yang harus memberitakan Injil?
Karena itu, Sekretaris Umum PGI, Pdt. Darwin Darmawan mengapresiasi Gereja Protestan Indonesia di Buol Toli-Toli (GPIBT), yang memberi ruang kepada MPH PGI untuk mendaratkan PPTB sekaligus mengelaborasi tema dan sub tema Sidang Raya XVIII dalam Sidang Sinode XXII GPIBT 2025, di GPIBT Jemaat Filadelfia Leok, Kab. Buol, Sulawesi Tengah, pada Selasa (18/2/2025).
“GPIBT menjadikan tema dan sub tema Sidang Raya PGI sebagai tema dan sub tema 4 tahun sinode GPIBT sebagai komitmen GPIBT memperjuangkan keesaan gereja Tuhan,”demikian menurut Pdt. Charlotha A.J. Kaparang Sambouw, Ketua Sinode GPIBT.
Pada kesempatan yang baik itu, Sekum PGI mendiskusikan konteks kemajemukan Indonesia dan Pancasila sebagai civic religion masyarakat Indonesia yang memungkinkan Indonesia menjadi rumah bersama bagi semua warga negara. Pdt. Darwin juga mengelaborasi polycrisis (krisis kebangsaan, nasionalisme, ekologi, keluarga, pendidikan dan disrupsi teknologi digital) yang dihadapi gereja-gereja di Indonesia untuk direspon secara serius.
“Sebab, krisis adalah suatu keadaan yang sangat serius, mendesak, mengancam keberlangsungan yang membutuhkan keputusan untuk menangani segera, serta memiliki dampak yang luas dan signifikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka Panjang,”tandasnya.
Terkait dengan kemajemukan dan polycrisis yang dihadapi Gereja-gereja di Indonesia, Pdt. Darwin menjelaskan, kemajemukan agama menantang gereja-gereja untuk, pada satu sisi, menghormati keanekaragaman agama-agama. Tetapi pada sisi lain, Gereja-gereja dipanggil mengerjakan tugas kesaksian, pelayanan dan persekutuannya secara kreartif dan kontekstual. Alih-alih melihat kemajemukan sebagai ancaman, Gereja-gereja dipanggil untuk bergandengan tangan mengerjakan misi Allah Bersama yang lain, khususnya dalam merespon polycrisis.
“Konteks kemejemukan dan polycrisis yang dihadapi justru menantang Gereja-gereja di Indonesia untuk memperjuangkan damai sejahtera Allah di bumi Indonesia,” ujarnya.
Dalam pemahaman seperti itu, tema dan subtema Sidang Raya XVIII PGI, Hiduplah Sebagai Terang Yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran (Efesus 5:8b-9) dan sub tema “Bersama-sama Mewujudkan Masyarakat Majemuk Yang Pancasilais dan Berdamai Dengan Segenap Ciptaan Allah” relevan untuk menjadi fondasi spiritual dan rute iman yang perlu ditempuh gereja-gereja di Indonesia.
Gereja-gereja perlu menunjukkan identitas dirinya yang berbeda dengan kegelapan, sebab dirinya sudah ditebus Kristus dan mengalami damai Sejahtera Kristus. Kondisi spiritual ini yang membuat identitas gereja sebagai terang yang membuahkan Kebaikan, yaitu semangat kemurahan hati; keadilan (dikaiosune) yaitu memberi kepada sesama dan kepada Allah apa yang menjadi hak mereka dan Kebenaran (aletheia) yaitu kehidupan yang tulus, jujur, berintegritas. Hidup yang seperti itu membuat Gereja-gereja mampu mengatasi polycrisis yang sedang dihadapinya.
Resmikan Konsistori
Dalam kesempatan tersebut, Pdt. Darwin Darmawan meresmikan konsistori GPIBT Jemaat Filadelfia Leok, yang dibangun jemaat dengan semangat gotong royong dan suka cita. Banyak jemaat yang menahan haru, sebab dalam prosesnya panitia dan anggota jemaat benar-benar merasakan pertolongan Tuhan yang mencukupkan serta memampukan, sehingga konsistori bisa terbangun dalam waktu singkat dan akhirnya diresmikan.
Pewarta: Markus Saragih